Setiap tahun, enam juta pengunjung
dari seluruh dunia datang ke Musée du Louvre di Paris untuk memandangi lukisan Mona Lisa yang termasyhur buatan
Leonardo Da Vinci. Lukisan cat minyak di atas kayu poplar ini dibuat oleh Da
Vinci selama empat tahun, sejak tahun 1503 sampai 1506. Berabad-abad setelah
pembuatannya, karya seni ini telah memicu berbagai perdebatan dan munculnya
berbagai teori mengenai misteri yang tersembunyi di balik senyum Mona Lisa.
Siapakah Mona
Lisa?
Banyak pertanyaan yang muncul selama
bertahun-tahun mengenai siapakah sebenarnya perempuan yang ada dalam lukisan
tersebut. Orang-orang Italia menyebutnya La
Gioconda yang artinya “perempuan yang berhati ringan”. Sebutan La Joconde yang diberikan oleh
orang-orang Perancis kepadanya kurang lebih memiliki arti yang sama. Sebutan
tersebut telah memicu berbagai gagasan dan teori mengenai senyuman Mona Lisa.
Salah satu teori yang paling
terkenal menyatakan bahwa perempuan yang ada dalam lukisan tersebut adalah
Duchess of Milan yang bernama Isabella of Aragon. Da Vinci adalah pelukis yang
bekerja untuk keluarga Duke of Milan selama 11 tahun dan besar kemungkinan
bahwa ia telah melukis istri dari penguasa Milan itu sebagai Mona Lisa. Para peneliti lain
berpendapat bahwa lukisan itu kemungkinan menggambarkan seorang perempuan
bangsawan yang bernama Giuliano de’ Medici yang menjadi penguasa di Florence
pada tahun 1512 sampai 1516. Gagasan terbaru yang diajukan oleh Dr. Lilian
Schwartz dari Vell Labs mengatakan bahwa Mona
Lisa merupakan versi feminim dari sang pelukis, yakni Da Vinci sendiri.
Melalui analisis digital, Schwartz menemukan bahwa karakteristik wajah Da Vinci
dan perempuan yang ada di lukisan ini persis sejajar satu sama lainnya.
Meskipun telah ada berbagai teori
seperti di atas, pada saat ini kebanyakan orang menyepakati bahwa lukisan Mona Lisa menggambarkan wajah Lisa
Gherardini, istri ketiga dari seorang saudagar sutera dari Florence yang
bernama Francesco del Giocondo. Sebenarnya judul lukisan tersebut, yaitu Mona Lisa, telah dibahas dalam biografi
Da Vinci yang ditulis dan diterbitkan oleh Giorgio Vasari di tahun 1550. Vasari
mengatakan bahwa kata Mona umum
dipakai sebagai pengganti kata Madonna,
yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “Madam” atau “nyonya”. Dengan demikian, judul Mona Lisa secara sederhana artinya adalah “Nyonya Lisa”.
Bagaimanakan cara dia tersenyum?
Senyuman Mona Lisa yang penuh misteri telah menjadi sumber inspirasi bagi
banyak orang, dan juga menjadi sumber keputusasaan bagi orang lainnya. Pada
tahun 1852, Luc Maspero, seorang seniman Perancis, melompat dari lantai empat
sebuah kamar hotel di Paris hingga tewas. Dalam catatan yang ditulisnya sebelum
bunuh diri, ia menjelaskan bahwa ia memilih untuk mengakhiri hidupnya setelah
berjuang selama bertahun-tahun untuk mencoba memahami misteri di balik senyuman
Mona Lisa. Saat ini, para pengunjung Musée
du Louvre juga merasa tergelitik oleh pertanyaan yang sama: Bagaimana perempuan
dalam lukisan itu tersenyum?
Orang-orang Italia menjawab
pertanyaan ini dengan mengacu pada sebuah teknik melukis yang disebut sfumato, yang dikembangkan oleh Da
Vinci. Dalam bahasa Italia, sfumato
berarti “vanished” atau “smoky”, yang menyiratkan bahwa lukisan
itu bersifat ambigu dan kabur, sehingga membiarkan para penikmatnya
mengartikannya sesuai imajinasi mereka masing-masing. Teknik ini memanfaatkan
campuran nada dan warna yang akan menghasilkan ilusi bentuk, kedalaman, dan
volume pada lukisan.
Dr. Margaret Livingstone, seorang
pakar neurosains dari Harvard, menjelaskan bahwa mata manusia terdiri dari dua
wilayah – yakni fovea atau area
sentral, dan area pinggir yang ada di sekeliling fovea. Fovea akan mengenali
detil dan warna serta membaca tulisan-tulisan yang jelas, sementara itu wilayah
pinggir mengidentifikasi bayangan, hitam dan putih, serta pergerakan. Ketika seseorang
memandangi lukisan Mona Lisa, fovea
pada matanya akan berfokus pada mata Mona
Lisa, sementara wilayah pinggir pada mulut monalisa. Karena pandangan yang
menggunakan wilayah pinggir tidak terlalu akurat dan tidak menangkap detil,
bayangan tulang pipi Mona Lisa akan
memperbesar lengkungan senyumnya.
Meskipun begitu, ketika orang yang
memandang Mona Lisa menatap secara
langsung pada mulut Mona Lisa, fovea pada matanya tidak menangkap bayangan dan
lukisan itu tidak lagi tampak tersenyum. Oleh karena itu, penampakan dan
hilangnya senyum Mona Lisa benar-benar
disebabkan oleh pandangan orang yang memandang lukisan tersebut. Walaupun sudah
banyak yang terungkap setelah penelitian selama bertahun-tahun, Mona Lisa tetaplah menjadi misteri
sampai hari ini. Goresan Da Vinci yang brilian membuat lukisan ini tetap bisa
membangkitkan rasa penasaran, kekaguman, dan inspirasi bagi mereka yang
menatapnya.
Diterjemahkan dari wisegeek.com
Foto dari wikipedia