Tuesday, September 10, 2013

APA BEDANYA BETON DENGAN SEMEN?



Perbedaan utama antara beton dan semen adalah bahwa beton merupakan sebuah material campuran yang terbuat dari air, agregat, dan semen. Semen adalah bubuk halus yang dibuat dari batu gamping dan mineral-mineral lainnya yang bisa menyerap air dan bertindak sebagai perekat beton. Sementara semen adalah sebuah material bangunan tersendiri, beton tidak bisa dibuat tanpa semen. Dua istilah ini acapkali salah dipertukarkan pemakaiannya, meskipun beton dan semen sebenarnya adalah produk yang jelas berbeda.

Semen
Semen terbuat dari gamping, kalsium, silikon, besi, dan alumunium serta bahan-bahan lainnya. Campuran ini dipanaskan dalam alat pembakaran besar hingga suhunya sekitar 1.482°C sehingga menjadi sebuah produk yang disebut clinker, yang sepintas mirip marmer. Clinker ini kemudian diremukkan menjadi bubuk dan ditambah gypsum sehingga menjadi tepung berwarna abu-abu yang kita sebut semen. Ketika air ditambahkan pada semen, maka air itu akan memacu sebuah proses kimiawi yang membuat semen akan mengeras.

Semen Portland
Ada banyak jenis semen, namun yang paling umum dipakai dalam pembangunan adalah semen Portland. Joseph Aspdin dari Inggris mengembangkan material bangunan ini pada tahun 1700an ketika ia mendapati bahwa penambahan lempung pada gamping dan kemudian campuran itu dipanaskan akan menyebabkan adukan bisa diterapkan dimana-mana. Semen Portland adalah jenis semen hidrolis yang artinya ketika air ditambahkan maka air akan memicu sebuah reaksi kimia yang tidak bergantung pada jumlah air yang ditambahkan. Hal ini memungkinkan semen itu mengeras meskipun airnya sedikit dan tetap kuat dalam kondisi basah/lembab. Jenis-jenis semen hidrolik yang berlainan sebagian besar digunakan dalam membuat beton dan plesteran.


Beton
Berkebalikan dengan semen, beton adalah material pertukangan yang menggunakan semen untuk menyatukan remukan batu, karang, dan pasir, yang juga disebut agregat. Semen menyusun dari 10% sampai 15% masa total beton; proporsi tepatnya berbeda-beda tergantung pada jenis beton yang akan dibuat. Bahan agregat dan semen akan diaduk dengan air yang memicu reaksi kimia dan membuat semen mengeras dan beton pun jadi. Sebelum proses pengerasan itu terjadi, campuran beton bisa dituang ke dalam sebuah cetakan sehingga campuran tersebut akan mengeras dalam bentuk tertentu misalnya sebuah balok atau mungkin sebuah silinder.
Lamanya waktu sampai beton jadi bergantung pada seberapa banyak gypsum ditambahkan ke dalam adonan. Waktu pembuatan bisa dipercepat dengan menambahkan kalsium klorida atau bisa diperlambat dengan menambahkan gula. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan cara mempengaruhi perkembangan kristal-kristal pengeras yang terbentuk ketika beton jadi. Beton yang terpapar kondisi yang bisa membekukan maupun melelehkannya bisa ditambahi bahan kimia lain sehingga mencegah keretakan.

Perbandingan Beton dan Semen
Sifat beton sangat bergantung pada rasio agregat-semen-air dalam campuran. Rasio air-semen adalah yang paling penting sebab terlalu sedikit air akan menyebabkan adonan beton sulit dicetak sementara kalau terlalu banyak akan membuat betonnya lemah. Rasio ini dihitung dengan persamaan berikut:

r = 8.33 qH2O / Wc

dalam perhitungan ini, r adalah rasio, qH2O adalah jumlah air dalam satuan gallon AS, dan Wc adalah berat semen dalam satuan pound. Sebuah rasio setidaknya sebesar 0,25 dibutuhkan agar beton bisa mengeras, sementara itu besar rasio 0,35 hingga 0,4 merupakan nilai umum yang paling banyak digunakan.

Agregat juga penting sebab menyusun lebih dari 60% dari sebuah adonan beton—dan bahkan hingga 80% di beberapa kasus. Batuan yang lebih besar membutuhkan beton yang lebih sedikit, yang artinya akan lebih sedikit air yang diperlukan, dan lebih kuat beton jadinya. Agregat juga lebih murah dibandingkan semen sehingga prosentase agregat yang lebih besar bisa menurunkan biaya pembuatan beton. Umumnya dikatakan bahwa agregat yang baik merupakan kombinasi batuan dalam berbagai ukuran berbeda, dengan rata-rata tertentu dan ada ukuran maksimumnya; bebatuan ini harus bersih dan tahan lama serta tidak boleh mengandung lempung atau mineral lainnya yang bisa menyerap air.
Beton yang memiliki kandungan batuan yang tinggi akan sangat tahan lama dan kerap digunakan dalam pembuatan kolam renang, gedung pencakar langit, jalur kereta bawah tanah, dan tiang-tiang lampu serta trotoar dan jalanan. Beton dan semen bisa didaur ulang. Meskipun demikian, produksi semen memerlukan energi dalam jumlah besar sebab suhu yang tinggi dibutuhkan dalam pembuatannya. Selain itu juga industri semen banyak dikritik karena berkontribusi pada emisi karbon dioksida.

Sumber: wisegeek.com

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...