Sunday, March 4, 2012

TIPE DARAH DAN TRANSFUSI


Transfusi darah adalah salah satu hasil besar dalam ilmu kedokteran modern. Transfusi darah memiliki daya pengobatan yang menakjubkan dalam menghidupkan kembali pasien yang sekarat akibat kehilangan darah yang terlampau banyak.
Akan tetapi, bukan setiap dua orang boleh saling memindahkan darahnya. Sebelum transfusi darah dilakukan, pertama-tama perlu diadakan percobaan laboratorium terlebih dahulu terhadap tipe darah kedua orang bersangkutan. Setelah diketahui tipe darah kedua orang itu sama, barulah transfusi darah dapat dilakukan dengan aman. Melakukan tipe darah dengan tipe darah yang berlainan bisa menimbulkan aglutinasi darah. Sel darah merah akan menyusut sehingga berubah bentuknya dan menggumpal menjadi satu, akibatnya dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa orang yang menerima transfusi.
Hal ini disebabkan karena di dalam plasma terdapat zat kimia yang dapat menimbulkan efek adhesif yang disebut aglutinin. Sedangkan di dalam sel darah merah terdapat pula semacam zat kimia lain yang dapat melekat, yakni aglutinogen. Aglutinogen ada dua macam, yakni A dan B; sedangkan aglutinin juga ada dua macam, yakni a dan b. Baik A dan a maupun B dan b adalah musuh bebuyutan yang selalu akan berkelahi bilamana dipertemukan, dan akibatnya terjadi aglutinasi.
Pada waktu transfusi darah berlangsung, aglutinin yang terkandung dalam plasma yang ditransfusikan itu akan dilarutkan oleh plasma yang banyak sekali jumlahnya dalam tubuh pasien dan mengalami pengrusakan secara cepat. Karena tidak dapat bergerak dengan leluasa, maka ia hanya bisa bersembunyi dalam aglutinogen di dalam sel darah merah. Bilamana ada kesempatan transfusi darah, ia segera akan masuk ke dalam darah pasien dan bergerak leluasa ke sana ke mari. Suatu perkelahian akan segera timbul bila ia bertemu dengan musuh bebuyutannya. Karena itu, tipe darah terutama ditentukan berdasarkan aglutinogen dalam sel darah merah.
Tipe darah manusia dibagi menjadi empat macam, yaitu tipe A, B, AB, dan O. Yang di dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen A sedangkan dalam plasmanya terdapat aglutinin b, tergolong tipe A. Yang di dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen B sedangkan dalam plasmanya terdapat aglutinin a, tergolong tipe B sedangkan dalam plasmanya tak terdapat aglutinin yang manapun, tergolong tipe AB. Yang di dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinogen apapun, sedangkan dalam plasmanya terdapat aglutinin a dan b, tergolong tipe O.
Dari sini dapat diketahui bahwa darah dalam tubuh sendiri tak mungkin dengan sendirinya timbul aglutinasi, karena kedua musuh bebuyutan A dan a atau B dan b tidak ada kesempatan bertemu. Tipe darah A tidak dapat ditransfusikan ke dalam tubuh pasien dengan tipe darah B karena aglutinogen A yang terkandung dalam sel darah merahnya dapat berkelahi dengan aglutinin a yang terdapat dalam plasma pasien dengan tipe darah B. Sama juga halnya, tipe darah B juga tidak boleh ditransfusikan ke dalam tubuh pasien dengan tipe darah A karena aglutinogen B yang terkandung dalam sel darah merah tipe darah B akan timbul aglutinasi bilamana bertemu dengan aglutinin b yang terdapat dalam plasma pasien dengan tipe darah A.
Oleh karena dalam sel darah merah dari tipe darah O tidak ada aglutinogen apapun, maka tidaklah dapat digumpalkan oleh plasma dari tipe yang mana pun, dan karena itu dapat ditransfusikan kepada siapa pun juga. Secara teoretis, golongan darah O disebut sebagai “donor universal”.
Dalam plasma tipe darah AB tidak terdapat aglutinin macam apa pun dan karena itu tak dapat menggumpalkan sel darah merah tipe apa pun yang datang dari luar. Itulah sebabnya ia dapat menerima darah dari tipe mana saja. Secara teoretis tipe darah AB disebut sebagai “penerima universal”.
Ditinjau secara teoretis, di antara tipe darah yang sama tentunya boleh dilakukan transfusi darah secara timbal balik tanpa khawatir terhadap terjadinya aglutinasi.
Transfusi darah dapat menghidupkan kembali orang sekarat tetapi juga dapat menimbulkan bahaya kematian. Oleh karena itulah, sebelum transfusi darah dilakukan perlu diadakan percobaan laboratorium mengenai tipe darah yang ada. Pada umumnya, dokter menggunakan tipe darah yang sama dalam melakukan transfusi atau menerima darah untuk menjamin keselamatan jiwa orang yang bersangkutan.
Akan tetapi, tipe darah umat manusia selain dapat dibagi menurut tipe-tipe A, B, O, masih terdapat tipe darah yang lain. Oleh karena itu, setelah diadakan uji laboratorium terhadap tipe darah A, B, O sebagai homotip, lalu dibagi menurut kategori tipe darah yang lain. Oleh sebab itulah, dalam pemindahan darah secara konkret, yang paling baik adalah diadakan uji laboratorium secara langsung dengan mengambil sedikit darah si donor dan juga darah orang yang akan menerima transfusi supaya segala sesuatu dapat berjalan dengan aman.

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...