Sunday, March 4, 2012

ARSENIKUM: KISAH RACUN TINGKAT TINGGI


Sepersepuluh gram arsenikum sudah cukup untuk membunuh orang. Biarpun demikian, kita tidak bisa sehat tanpa arsenikum. Racun itu dipakai sebagai obat selama berabad-abad, namun arsenikum paling disukai pembunuh semua tingkatan.

Pada abad ke-14 di Avignon, Prancis, dan di Roma, Italia, ada seorang Paus. Keduanya merasa sama-sama sah sehingga timbullah kekacauan. Paus Benedictus XIII (1334-1423) berkuasa di Avignon. Selama itu ia pernah dipecat sampai dua kali, tetapi ia tidak peduli. Kepausan Benedictus sangat kontroversial. Ia dianggap keras kepala, sementara orang pun mencari cara yang tidak konvensional. Paus Benedictus XIII menyukai makanan manis. Kesukaannya ini hampir berakibat fatal baginya.
Domino Delava, biarawan yang menjadi kepala rumah tangga Benedictus, membubuhi kue dan manisan jeruk Benedictus dengan arsenikum. Benedictus pun jatuh sakit. Sepuluh hari lamanya Benedictus yang berusia 83 tahun itu berada dalam keadaan kritis, tetapi ia bertahan. Pembubuh racun itu bisa ditangkap dan dihukum mati. Enam tahun kemudian barulah ia meninggal.
Benedictus termasuk beruntung. Soalnya, arsenikum adalah racun yang sangat kuat. Sepersepuluh gram arsenikum sudah cukup untuk “menyingkirkan” orang. Unsur serupa logam itu terdapat di mana-mana, termasuk di dalam tanah. Tidak ada mahluk yang dapat hidup tanpa arsenikum di dalam tubuhnya, termasuk manusia. Di dalam tubuh yang berbobot 70 kg, terkandung 7 mg arsenikum. Jumlah ini sedikit jika dibandingkan dengan binatang, terutama organisma laut. Sebagai contoh, dari satu kilo udang pancet bisa diperoleh 175 mg arsenikum; suatu dosis yang mematikan. Untung udang jenis itu tidak dimakan sekaligus dalam jumlah berkilo-kilogram.

Mutlak dibutuhkan
Dalam jumlah sedikit arsenikum tidak berbahaya. Sebaliknya, kita dan mungkin kebanyakan organisma hewani lain, tidak mungkin hidup tanpa bahan tersebut. Peneliti Amerika, Walter Metz dan Forrest Nielsen menunjukkan bahwa binatang yang mendapat ransum bebas arsenikum selama waktu tertentu, akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan. Metz dan Nielsen menduga, arsenikum memegang peranan penting dalam pembentukan hemoglobin, zat pewarna darah yang mutlak diperlukan dalam suplai oksigen ke jaringan tubuh.

Tidak heran bahwa arsenikum, biarpun mempunyai konotasi buruk, tetap dipakai sebagai obat selama lebih dari 2000 tahun. Hippocrates (460-377 SM) dari Yunani, “bapak ilmu kedokteran”, merupakan orang pertama yang membuat salep anti tukak dari mineral realgar (arsenikum sulfida).
Di Cina, dalam abad ke-17 arsenikum dipakai untuk melawan penyakit kelamin. Gagasan ini tidak salah karena pada tahun 1909 seorang ahli kimia Jerman, Paul Ehrlich, menemukan bahwa persenyawaan arsenikum tertentu bisa menyembuhkan siphilis. Obat itu disebut salvasan. Tahun empat puluhan, obat ini digeser oleh penisilin yang lebih aman.
Manfaat arsenikum sebagai obat sering dibesar-besarkan. Dalam abad ke-19, arsenikum dianjurkan untuk semua penyakit yang tidak bisa ditangani dokter. Arsenikum konon bisa menurunkan demam, menyembuhkan kelumpuhan, epilepsi, penyakit jantung, kanker, gangguan perut, bisul, sembelit, rakhitis, dan busung air.
Pemberian obat yang mengandung arsenikum kadang-kadang bisa membahayakan. Seabad yang lalu, penduduk daerah Stiermark Austria, dikenal sebagai “pengukur arsenikum”. Soalnya, di sana ada penduduk yang sudah bertahun-tahun menelan 250 mg arsenikum seminggu. Dengan begitu, para wanita merasa dirinya tampak lebih montok dan sehat sementara kaum pria merasa bisa bernapas lebih lega di daerah tinggi.
Penelitian Metz dan Nielsen menunjukkan pendapat itu ada benarnya, walaupun kesehatan penduduk Stiermark dalam bahaya. Arsenikum menghambat kerja iodium, elemen yang mutlak perlu untuk kelenjar gondok. Kekurangan iodium membuat kelenjar itu membesar dan berfungsi kurang baik. Padahal ini bisa menyebabkan seorang wanita melahirkan anak cacat mental atau jasmani.
Ada juga orang yang sengaja menelan arsenikum dalam jumlah kecil karena takut diracuni. Contohnya adalah Mithridates VI, yang memerintah Pontus, di bagian utara Asia Kecil (120-63 SM). Mithridates amat takut diracuni sehingga ia melakukan percobaan pada budak belian untuk mencari cara menanggulangi segala macam keracunan. Hasilnya adalah campuran yang disebut mitridatium, obat yang dulu sangat dipercaya. Ramuan itu dipakai sampai abad ke-18. Dokter pribadi Nero, Adromachus, membubuhi daging ular kering yang digiling pada ramuan itu. Sejak itu ramuan disebut teriakel atau triakel.
Galenus (130-210) dokter terbesar zaman kuno setelah Hippocrates memperluas formula teriakel hingga mempergunakan lebih dari 70 bahan. Formula ini dilengkapi dengan 30 bahan lagi pada abad pertengahan.
Rasa takut manusia dan pejabat tinggi terhadap kemungkinan diracuni dengan arsenikum sebenarnya bisa dimengerti. Pertikaian politik sering diselesaikan dengan racun. Paus Alexander VI (1431-1530) dan putranya Cesare, konon memecahkan banyak kesulitan dengan arsenikum. Cesare sangat memperhatikan racun dan yang pasti adalah bahwa ia meracuni Kardinal Michiel.
Cesare lebih percaya pada kekuatan fisik juru cekik profesional, Don Michelotto, daripada pengetahuan apoteker pribadi dan ahli racun, Sebastian Pinzon. Banyak pejabat tinggi zaman itu yang mempunyai seorang pencicip untuk memeriksa semua makanan dan minuman sebelum disentuh oleh majikannya.

Sulit dilacak
Gejala keracunan arsenikum amat mengerikan. Penderita akan mengalami kejang perut hebat, muntah-muntah, diare, jantung berdebar-debar, dan rasa haus yang hebat. Dosis yang lebih dari 0,1 gram akan menyebabkan korban mati dalam waktu satu jam. Keadaan sakaratul maut bisa berlangsung beberapa hari. Seperempat jam setelah kemasukan arsenikum, orang mulai muntah. Arsenikum dikumpulkan dan dikeluarkan oleh hati. Proses ini memakan waktu dan kebanyakan korban meninggal sebelum hati bisa menyelesaikan tugasnya.
Gejala keracunan arsenikum tidak begitu jelas. Banyak penyakit yang mempunyai gejala muntah-muntah, diare, dan kejang perut sehingga dokter tidak bisa segera menduga terjadi keracunan. Seorang wanita Prancis, Marie Besnard berhasil membunuh dua belas orang dengan racun. Dokter memberi alasan kematian korbannya sebagai serangan lever, angina pectoris, keracunan ginjal, TBC, stroke, kelemahan karena usia lanjut, dan radang paru-paru. Marie Besnard ditangkap tahun 1949 gara-gara mulutnya sendiri.
Mary Ann Cotton dari Inggris melakukan hal yang sama. Sepanjang pertengahan abad lalu, ia berhasil meracuni 21 orang, termasuk ibunya sendiri, dua orang suami dan sepuluh di antara 12 orang anaknya. Dokter yang memeriksa mendiagnosa alasan kematian antara lain karena radang selaput lendir usus. Marie Swanenburg dari Belanda, yang dikenal sebagai Goeie Mie (Mie yang baik) meracuni 102 orang dengan arsenikum. Mie bertindak hati-hati. Ia selalu memberi dalam dosis kecil walaupun hasilnya tidak selalu memuaskan. Hanya 27 orang yang meninggal, 45 jatuh sakit tetapi sembuh kembali. Racunnya tidak mempan bagi ketiga puluh orang lainnya. Mie senantiasa penuh perhatian pada para “pasiennya” dan menangis di makam mereka. Para pasien itu tidak pernah lupa membuat asuransi dulu untuk “goemie mie”.

Mudah diperoleh
Para pengracun tidak mempunyai kesulitan memperoleh arsenikum. Arsenikumtrioksida As2O3 dipakai untuk membasmi tikus dan dijual sebagai kertas lalat. Kertas lalat ini berupa lembaran kertas yang dicelup arsentrioksida dan gula. Pembunuh suka menggunakan arsenikum karena racun itu dulu sulit dibuktikan dalam tubuh korban. Dulu ada yang mengira bahwa noda pada mayat merupakan pertanda orang mati diracun. Ada juga yang berpendapat bahwa mayat korban keracunan arsenikum tidak akan rusak. Kedua alasan itu tidak bisa diterima oleh hakim.
Pada awal abad lalu, orang menemukan cara untuk menunjukkan kandungan arsenikum dalam jenazah. Jaringan tubuh dirusak dengan asam nitrat. Kemudian residu dibubuhi asam belerang. Bila dalam tubuh ada arsenikum, akan terlihat endapan berwarna kuning. Cara itu tidak bisa dipercaya 100%.
Yang lebih baik ialah cara yang ditemukan oleh ahli Inggris, James Marsh, pada tahun 1833. Ia menyalurkan gas hidrogen ke dalam bahan yang akan diteliti. Kalau ada arsenikum dalam tubuh, bahan tersebut akan bersenyawa dengan hidrogen membentuk senyawa asam arsenit H3As. Kalau dipanasi senyawa itu akan terurai lagi menjadi hidrogen dan arsenikum. Bentuk terakhir itu berupa endapan berwarna logam. Gasnya bisa dinyalakan, berwarna kebiruan. Kalau di atas nyala gas ditaruh piring, arsenikum akan melekat pada piring.
Cara Marsh bisa digunakan untuk membuktikan adanya arsenikum dalam jenazah orang yang sudah bertahun-tahun meninggal. Namun tetap ada keraguan dalam kasus Marie Besnard sehingga pemilihan berlangsung selama dua setengah tahun, 20 Februari 1959 sampai 12 Desember 1961. Atas perintah hakim Pierre Roger, dua belas buah mayat digali kembali. Yang paling lama meninggal tahun 1927, yaitu Auguste Antigny, suami pertama Marie. Mayat paling baru adalah ibunya yang meninggal 16 Januari 1949.
Arsenikum memang ditemukan dalam tubuh para korban. Namun, tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa Marie meracuni korban-korbannya. Apalagi kemudian terbukti bahwa tanah makam tersebut banyak mengandung arsenikum, maka Marie pun dibebaskan. Soalnya tidak cukup bukti untuk menghukumnya. Sejak itu, cara penelitian pembunuhan mengalami perbaikan. Namun, arsenikum sudah kehilangan daya tarik bagi para calon pembunuh. Selama 25 tahun terakhir ini tidak ada lagi berita tentang pembunuhan dengan arsenikum. (Gerard Peeters)

Detil Artikel: diambil dari majalah Sigma no. 32

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...