Thursday, December 15, 2011

SIAPAKAH TLALOC?


Gambaran Tlaloc dalam Codex Rios, akhir abad ke-16.
Tlaloc adalah sosok dewa utama dalam agama bangsa Aztec, ia adalah dewa hujan, kesuburan, dan air. Tlaloc adalah dewa pemurah yang memberikan kehidupan dan rezeki, tapi ia juga ditakuti akan kemampuannya menurunkan hujan es, kilat, dan guntur, dan karena ia adalah penguasa elemen air yang kuat. Dalam ikonografi Aztec biasanya ia digambarkan dengan mata yang melotot dan taring. Ia diasosiasikan dengan gua-gua, mata air, dan gunung. Tlaloc dikenal suka meminta kurban anak-anak.

Dalam kosmologi Aztec, keempat penjuru alam semesta ditandai oleh “empat Tlaloc” yang menyangga langit dan berfungsi sebagai bingkai perjalanan waktu. Tlaloc adalah pelindung hari kalender Mazatl dan trecena Ce Quiyahuitl (1 hujan). Dalam mitologi Aztec, Tlaloc adalah penguasa matahari ketiga yang dihancurkan oleh api.

Di ibu kota bangsa Aztec, Tenochtitlan, salah satu dari dua tempat pemujaan yang ada di puncak Kuil Besar dipersembahkan untuk Tlaloc. Pendeta Utama yang bertanggung jawab di tempat pemujaan bagi Tlaloc disebut "Quetzalcoatl Tlaloc Tlamacazqui". Meskipun demikian, tempat pemujaan yang paling utama bagi Tlaloc ada di puncak Gunung Tlaloc, sebuah gunung setinggi 4.100 meter yang ada di tebing Lembah Meksiko. Di tempat ini penguasa bangsa Aztec datang dan melakukan upacara penting setahun sekali, dan sepanjang tahun para peziarah diberi sedekah batu-batu permata dan patung-patung berharga di tempat pemujaan itu.

Di Coatlinchan, sebuah patung besar seberat 168 ton ditemukan dan diduga patung ini menggambarkan Tlaloc. Beberapa pakar yakin bahwa patung tersebut bukanlah Tlaloc akan tetapi kemungkinan saudara perempuannya atau dewa perempuan lain. Patung ini kemudian dibawa ke National Museum of Anthropology di Kota Meksiko pada tahun 1964.


Etimologi
Tlaloc abad ke-17
Tlaloc juga diasosiasikan dengan dunia orang mati yang berair dan juga dengan bumi. Nama Tlaloc diduga diturunkan dari kata tlālli dalam bahasa Nahuatl yang berarti “bumi”, dan artinya telah diinterpretasikan sebagai “jalan di bawah tanah”, “gua yang panjang”, atau “ia yang terbuat dari tanah”. J. Richard Andrews mengartikannya sebagai “orang yang berbaring di tanah”, mengidentifikasi Tlaloc sebagai awan yang berada di puncak gunung. Nama lain dari Tlaloc adalah Tlamacazqui (‘Sang Pemberi’) dan Xoxouhqui (‘Yang Hijau’), dan (dalam bahasa Nahua Veracruz kontemporer) Chaneco.


Mitologi
Awalnya Tlaloc menikahi Xochiquetzal, dewi bunga-bunga, namun kemudian Tezcatlipoca menculik istrinya itu. Kemudian Tlaloc menikahi dewi Chalchiuhtlicue, “Wanita yang memakai baju Giok”. Dalam kosmografi mitos Aztec, Tlaloc menjadi penguasa lapis keempat “Dunia Atas”, atau surga, yang disebut Tlalocan (“tempatnya Tlaloc”) dalam beberapa manuskrip Aztec, seperti manuskrip Vaticanus A dan Florentine. Digambarkan sebagai tempat yang musim seminya tak pernah berakhir dan sebuah surga berisi tanaman-tanaman hijau, Tlalocan adalah tujuan di kehidupan setelah kematian bagi mereka yang mati karena menjadi korban fenomena yang berkaitan dengan air, seperti tersambar petir, tenggelam, dan akibat penyakit yang menular lewat air (Miller dan Taube, 1993).

Perkawinannya dengan Chalchiuhtlicue melahirkananak Tecciztecatl. Ia memiliki seorang kakak perempuan bernama Huixtocihuatl. Dalam kepercayaan Aztec, ia menguasai lebih dari tiga perlima dunia. Dalam mitologi Salvadoran, ia juga merupakan kakek dari Cipitio.


Ritus dan Ritual
Gambaran Tlaloc di Teotihuacan
Orang-orang yang mati di dalam air atau kematiannya terkait dengan cuaca seperti tenggelam, tersambar petir, dan terserang penyakit yang menular lewat air (lepra, dropsy, scabies, dan gout) dipercaya akan memasuki Tlalocan setelah mereka meninggal, demikian halnya dengan orang-orang yang tubuhnya kerdil (sebab kekerdilan tubuh mereka dianggap sebagai sebuah hubungan dengan Tlaloque). Mayat orang yang mati dan dipercaya akan masuk Tlalocan tidak dikremasi sebagaimana biasanya akan tetapi dikubur di dalam tanah dengan disertai benih yang ditanam pada muka mereka dan cat warna biru menutupi wajah mereka. Mayat mereka dibungkus kertas dan sebuah tongkat penggali untuk bertanam ditaruh di tangan mereka. 

Tempat pemujaan kedua di puncak piramida di Tenochtitlan didedikasikan bagi Tlaloc. Baik tempat pemujaannya maupun tempat pemujaan untuk Huitsilopochtli yang berada di sebelahnya, keduanya menghadap ke barat. Pengurbanan dan ritus berlangsung di kuil-kuil ini. Bangsa Aztec percaya bahwa Tlaloc tinggal dalam gua-gua di gunung, sehingga tempat pemujaannya di piramida di Tenochtitlan disebut sebagai ‘tempat tinggal gunung’. Banyak sesaji yang secara teratur diletakkan di depannya, khususnya persembahan yang berkaitan dengan air seperti batu giok, kulit kerang, dan pasir. Gunung Tlaloc, mahkota dari tempat pemujaan Tlaloc, terletak tepat di timur piramida. Jauhnya persis 44 mil dan sebuah jalan panjang menghubungkan kedua tempat pemujaan itu. Di atas gunung itu terdapat sebuah tempat pemujaan yang berisi batu replika gunung itu sendiri dan puncak-puncak gunung di sekitarnya. Tempat pemujaan ini disebut Tlalocan, merujuk pada nirwana. Di dalam dinding tempat pemujaan itu juga dijumpai empat teko berisi air. Setiap teko akan memiliki dampak yang berbeda jika disiramkan kepada tanaman; satu akan membawa panen yang baik, lainnya akan membusukkan tanaman, yang ketiga akan mengeringkan tanaman dan yang keempat akan membekukannya. Upacara pengurbanan yang dilakukan di tempat ini diduga dilakukan untuk menyambut hujan pertama.

‘Atlcahualo’ dirayakan dari tanggal 12 Februari hingga tanggal 3 Maret. Dipersembahkan kepada Tlaloque, veintena ini melibatkan pengurbanan banyak anak-anak di puncak gunung keramat itu. Anak-anak yang dikurbankan dihias dengan indah, dipakaikan baju ala Tlaloc dan Tlaloque. Di atas tandu yang bertaburkan bunga dan bulu-bulu; dikelilingi oleh para penari, anak-anak itu diangkut ke sebuah tempat pemujaan dan jantung mereka akan dicabut oleh para pendeta. Jika, dalam perjalanan menuju altar, anak-anak itu menangis, air mata mereka akan dianggap sebagai tanda hujan yang melimpah akan turun tak lama lagi. Setiap festival Atlcahualo, tujuh anak dikorbankan di dan disekitar danau Texcoco di ibukota Aztec. Mereka adalah para budak atau anak kedua dari orang bangsawan.
Mirip dengan hal itu, festival Tozoztontli (24 Maret -  12 April) juga melibatkan pengurbanan anak dengan jumlah yang lebih banyak. Selain itu, persembahan dilakukan di dalam gua. Kulit kurban yang telah dikuliti dan dipakai oleh para pendeta selama 12 hari sebelumnya akan dilepaskan dan diletakkan di gua magis yang gelap ini.

Veintena musim dingin Atemoztli (9 Desember – 28 Desember) juga dipersembahkan untuk Tlaloque. Periode ini mengawali sebuah musim penghujan yang penting dan patung-patung mereka dibuat dari adonan bayam. Gigi mereka terbuat dari biji labu dan mata mereka terbuat dari kacang polong. Jika patung-patung ini telah dihias, diberi kopal dan wewangian serta jampi-jampi, makanan disajikan di hadapan patung-patung itu.

Setelah itu, dada patung ini dibuka, ‘jantung’nya diambil dan, akhirnya, tubuh mereka dipotong-potong dan dimakan. Hiasan-hiasan yang dipakai untuk menghias patung-patung itu diambil dan dibakar di teras rumah-rumah. Di hari terakhir veintena, orang-orang mengadakan perayaan dan makan bersama.

Dewa-dewa yang berkaitan dengannya
Bukti-bukti arkeologis mengindikasikan bahwa Tlaloc disembah di Amerika Tengah bahkan sebelum bangsa Aztec tiba di wilayah itu pada abad ke-13 M. Ia merupakan dewa utama di Teotihuacan setidaknya 800 tahun sebelum kedatangan bangsa Aztec. Hal ini menyebakan dewa hujan manapun yang memiliki mata melotot disebut “Tlaloc” meskipun dalam beberapa kasus sebenarnya belum diketahui sebutan untuk dewa-dewa lain itu dalam kebudayaan yang berbeda, dan kita tahu bahwa Tlaloc juga memiliki sebutan yang berbeda (misalnya, versi bangsa Maya mengenalnya sebagai Chaac dan dewa Zapotec sebagai Cocijo.

Daftar Pustaka
Andrews, J. Richard (2003). Introduction to Classical Nahuatl (revised ed.). Norman: University of Oklahoma Press. ISBN 0-8061-3452-6. OCLC 50090230.
Iwaniszewski, Stanislaw; Iwaniszewski, Stanislaw (June 1994). "Archaeology and Archaeoastronomy of Mount Tlaloc, Mexico: A Reconsideration". Latin American Antiquity (Washington, DC: Society for American Archaeology) 5 (2): 158–176. doi:10.2307/971561. ISSN 1045-6635. JSTOR 971561. OCLC 54395676.
López Austin, Alfredo (1997). Tamoanchan, Tlalocan: Places of Mist. Mesoamerican Worlds series. translated by Bernard R. Ortiz de Montellano and Thelma Ortiz de Montellano. Niwot: University Press of Colorado. ISBN 0-87081-445-1. OCLC 36178551.
Miller, Mary; and Karl Taube (1993). The Gods and Symbols of Ancient Mexico and the Maya: An Illustrated Dictionary of Mesoamerican Religion. London: Thames & Hudson. ISBN 0-500-05068-6. OCLC 27667317.



Diterjemahkan dari en.wikipedia.org

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...