Bangsa Aztec adalah orang yang tinggal di sebuah lembah di Meksiko
tengah di abad ke-14. Kata ‘Aztec’ diambil dari Aztlán, sebuah tempat mitologis
yang berada disebelah utara kerajaannya, tempat yang diyakini oleh bangsa Aztec
sebagai tempat asal mereka. Orang-orang Aztec sendiri menyebut diri mereka
sebagai Mexica, sebuah istilah yang masih diperdebatkan apakah dari istilah
inilah nama Meksiko modern diturunkan.
Bangsa Aztec mengikuti sebuah ramalan hingga mereka berangkat ke tepi
Danau Texcoco. Dewa matahari mereka, Huitzilopochtli, mengatakan kepada mereka
bahwa jika mereka menjumpai seekor elang yang sedang bertengger di atas kaktus
dan sedang memakan seekor ular, maka disitulah mereka harus membangun kota
mereka. Menurut legenda inilah Tenochtitlan dibangun di atas Danau Texcoco,
yang kelak di kemudian hari menjadi cikal bakal Kota Meksiko modern.
Bangsa Aztec pindah ke sebuah wilayah berpenghuni dan mereka tidak
diterima oleh orang-orang yang telah ada di wilayah itu. Mereka dianggap sebagai
orang-orang barbar oleh orang-orang Toltec dan yang lainnya di wilayah itu,
akan tetapi dengan cepat mereka mengasimilasi kebudayaan tetangga-tetangga
mereka. Melalui penaklukkan dan perkawinan silang, mereka menciptakan sebuah
kekaisaran yang didirikan di atas dasar upeti, alih-alih kesetiaan sejati dan
pengaturan yang umum. Tak diragukan lagi, hal inilah yang membuat mereka
menjadi mangsa empuk untuk ditaklukkan oleh penjajah Eropa di abad ke-16.
Masyarakat Aztec adalah masyarakat yang sangat terstruktur dan memiliki
lapisan bangsawan, pendeta, prajurit, dan petani. Perbudakan merupakan hal yang
umum, namun tidak diwariskan ataupun berlaku seumur hidup. Para prajurit memperoleh
status sesuai jumlah tawanan yang mereka peroleh, bukan melalui jumlah ‘musuh’
yang mereka bunuh. Para tawanan digunakan sebagai barang dagangan dan kurban.
Selama beberapa waktu bangsa Aztec mencapai tingkat peradaban yang maju
dimana jumlah puncak populasi Tenochtitlan melampaui jumlah kota manapun yang
ada di Eropa pada masa itu. Mereka memiliki bahasa tulis yang telah berkembang
dengan baik, kesenian, syair, kalender yang rinci, serta sains. Namun aspek
dari kebudayaan mereka yang paling menarik adalah sistem kurban manusia. Sebagian
besar kebudayaan Amerika Tengah yang sezaman dengan mereka juga mempraktekkan
berbagai bentuk kurban, akan tetapi reputasi bangsa Aztec akan hal ini mampu
mengalahkan semua kebudayaan yang ada saat itu.
Bangsa Aztec meyakini bahwa dewa-dewa mereka membutuhkan darah manusia,
sebagai bayaran atas darah dewa yang tertumpah dalam penciptaan manusia,
misalnya, atau untuk menjamin bahwa matahari akan terus memberikan cahayanya
sepanjang tahun depan. Dewa matahari Huitzilopochtli merupakan pusat sebagian
besar ritus kurban itu, meskipun dewa-dewa Aztec lainnya juga mendapatkan
persembahan yang sama. Pengurbanan setidaknya terjadi dalam delapan belas
festival tahunan, dan biasanya terdiri dari adegan dimana kurban dipaksa
mendaki tangga piramida hingga puncak dan disana ia akan ditangani oleh pendeta
yang akan mengeluarkan jantung mereka. Mayatnya akan digelindingkan ke bawah
sementara jantungnya akan dibakar sebagai sesaji kurban. Laporan mengenai
delapan puluh ribu tawanan yang dikorbankan dalam perayaan selama empat hari
sulit untuk dipercaya kebenarannya dan dipandang sebagai dilebih-lebihkan.
Para antropolog masih belum sepakat mengenai kanibalisme yang konon ada
di bangsa Aztec; beberapa di antara antropolog itu, antara lain Marvin Harris
yang terkenal, mengklaim bahwa mayat korban pengurbanan itu secara ritual
dijagal dan dimutilasi untuk kemudian dimakan oleh kaum elit. Praktek ini,
menurut beberapa ahli, dilakukan untuk mengatasi kekurangan protein yang
disebabkan oleh perburuan yang berlebih-lebihan di wilayah itu. Ahli lain mengatakan
bahwa bukti mengenai kanibalisme itu sebenarnya dilakukan dan dilebih-lebihkan
oleh bangsa Spanyol dengan maksud mencari pembenaran atas penaklukkan mereka.
Apapun itu, peradaban Aztec ditaklukkan oleh para konkuistador Spanyol
yang dipimpin oleh Cortez (atau disebut juga Cortes) di tahun 1521. Para kolonis
yang muncul setelah para penjajah selama beberapa dasawarsa sesudahnya berhasil
menekan dan akhirnya melenyapkan kebudayaan dan bahasa Aztec.
Detail
Artikel
Ditulis oleh:
Jane Harmon
Penyunting:
R. Kayne
Tanggal
Modifikasi Terakhir: 05 September 2011
Hakcipta
dilindungi:
2003-2011
Conjecture Corporation
diterjemahkan dari wisegeek.com