Thursday, December 8, 2011

APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN SOCIAL SKILLS?


Social skills atau keterampilan sosial seringkali diartikan sebagai serangkaian keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan, dan bersosialisasi dengan orang lain. Akan tetapi kita harus ingat bahwa keterampilan-keterampilan ini bisa saja memiliki pengertian yang berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Social skills mencakup bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal. Bentuk-bentuk komunikasi ini kerap menjadi alat bagi orang lain dalam menentukan status seseorang lainnya, mempertimbangkan apakah orang tersebut merupakan teman atau pasangan yang potensial, dan dalam mempertimbangkan perekrutan kerja atau promosi di tempat kerja. Lawan dari social skills adalah social ineptitude, yakni sebuah ketidakmampuan dalam menggunakan elemen-elemen komunikasi yang seharusnya bisa membuat seseorang menjadi seorang komunikator yang baik.
Di sebagian besar negara-negara penutur bahasa Inggris, social skills mencakup keterampilan verbal maupun nonverbal. Keterampilan verbal antara lain kemampuan untuk menentukan hal-hal yang tepat untuk dikatakan di waktu yang tepat pula, mampu berkomunikasi dengan cara yang memikat, memiliki kisaran nada dan kualitas vokal, dan mampu berbicara dengan cara yang terdidik namun tetap bisa dipahami oleh akal sehat. Dengan kata lain, social skills bisa ditentukan melalui apa yang dikatakannya, kapan dia mengatakannya, dan bagaimana cara dia mengatakannya.

Di Amerika Serikat, orang yang memiliki keterampilan verbal yang baik diartikan sebagai orang yang berbicara dengan suara yang jelas, memiliki perubahan suara yang baik, berbicara yang tepat dalam sebuah situasi, dan memiliki kepercayaan diri dalam suaranya. Keterampilan verbal yang buruk bisa diartikan sebagai memiliki suara yang monoton, mengatakan hal-hal yang salah, berbicara terlalu pelan sehingga sulit terdengar atau terlalu keras sehingga terasa mengganggu, atau berbicara mengenai topik yang membosankan. Orang yang hanya bisa berkata-kata tentang satu topik saja juga akan dipandang sebagai seseorang yang memiliki social skills yang buruk.
Karena ada beragam dialek daerah di AS, social skills juga bisa ditentukan oleh aksen atau ketiadaan dialek. Seseorang yang tinggal di wilayah Selatan namun berasal dari California bisa dianggap sebagai orang yang memiliki suara yang menjengkelkan karena ia tidak memiliki aksen Selatan. Sebaliknya, seorang pembicara dari California akan cenderung mengira orang Selatan yang berbicara pelan-pelan dengan aksen yang berat sebagai orang yang tidak terdidik. Orang-orang yang memiliki aksen negara lain, kecuali aksen Inggris, cenderung disangka sebagai seseorang yang kurang pintar dibandingkan dengan orang-orang yang bisa berbicara bahasa Inggris secara jelas. Dengan demikian, cara penangkapan suara pembicara bisa membuat seseorang membuat penilaian singkat mengenai pembicara itu, walaupun seringkali penilaian itu keliru.
Aspek social skills lainnya adalah nonverbal. Bahasa tubuh, berdiri tegak, melakukan kontak mata, menampilkan gestur yang tepat, mencondongkan tubuh ke arah orang yang sedang berbicara, mengeluarkan senyum yang tepat, dan tetap memperlihatkan gerak tubuh yang terbuka bisa dianggap sebagai keterampilan nonverbal yang baik. Harus diingat bahwa kesemuanya ini bisa saja terlalu berlebihan. Gestur bisa jadi terlalu dramatik, orang yang terlalu banyak senyum mungkin bukan orang yang bisa dipercaya, dan terlalu mencondongkan tubuh ke arah seseorang kadangkala dianggap sebagai sesuatu yang kasar.
Selain itu, orang yang memiliki keterampilan sosial yang baik juga merupakan seorang pendengar yang baik. Menganggukkan kepala, kadang-kadang mengeluarkan celetukan, dan memperhatikan komunikasi orang lain juga hal yang berharga. Orang tidak hanya sekedar ingin menjadi sasaran berbicara, tapi juga ingin diajak berbincang-bincang. Adanya perasaan bahwa kedua komunikator mengambil bagian yang sama dalam sebuah percakapan memperlihatkan adanya social skills yang mahir.
Meskipun social skills bisa dipelajari, beberapa orang tampaknya sudah terlahir dengan bakat social skills yang baik. Sementara orang lainnya bisa kelihatan berjuang habis-habisan karena ketidakmampuan berkomunikasi. Sebagai contoh, orang-orang yang mengidap autisme, gangguan belajar nonverbal, dan Aspergers mengalami kesulitan dalam memperlihatkan perubahan nada suara, sarkasme, dan bahasa tubuh mereka akan sangat buruk untuk berkomunikasi.   
Orang-orang yang mengidap gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder) bisa terhambat karena merasa panik dalam situasi sosial tertentu sehingga social skills menjadi masalah yang problematis. Meskipun banyak yang akhirnya bisa mengalahkan kecemasan sosial, orang-orang yang terbentur gangguan berbahasa seringkali harus mengalami perjuangan berat dalam menjalin sebuah hubungan dan akan terbiasa dinilai melalui kualitas dalam diri mereka ketimbang kemampuan mereka yang diartikan oleh kebudayaan mereka sendiri sebagai social skills.

Diterjemahkan dari wisegeek.com

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...