Social skills atau
keterampilan sosial seringkali diartikan sebagai serangkaian keterampilan yang
memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan, dan bersosialisasi
dengan orang lain. Akan tetapi kita harus ingat bahwa keterampilan-keterampilan
ini bisa saja memiliki pengertian yang berbeda antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan lain. Social skills mencakup bentuk komunikasi verbal maupun
nonverbal. Bentuk-bentuk komunikasi ini kerap menjadi alat bagi orang lain
dalam menentukan status seseorang lainnya, mempertimbangkan apakah orang
tersebut merupakan teman atau pasangan yang potensial, dan dalam
mempertimbangkan perekrutan kerja atau promosi di tempat kerja. Lawan dari
social skills adalah social ineptitude, yakni sebuah ketidakmampuan dalam
menggunakan elemen-elemen komunikasi yang seharusnya bisa membuat seseorang
menjadi seorang komunikator yang baik.
Di
sebagian besar negara-negara penutur bahasa Inggris, social skills mencakup
keterampilan verbal maupun nonverbal. Keterampilan verbal antara lain kemampuan
untuk menentukan hal-hal yang tepat untuk dikatakan di waktu yang tepat pula,
mampu berkomunikasi dengan cara yang memikat, memiliki kisaran nada dan
kualitas vokal, dan mampu berbicara dengan cara yang terdidik namun tetap bisa
dipahami oleh akal sehat. Dengan kata lain, social skills bisa ditentukan
melalui apa yang dikatakannya, kapan dia mengatakannya, dan bagaimana cara dia
mengatakannya.
Di
Amerika Serikat, orang yang memiliki keterampilan verbal yang baik diartikan
sebagai orang yang berbicara dengan suara yang jelas, memiliki perubahan suara
yang baik, berbicara yang tepat dalam sebuah situasi, dan memiliki kepercayaan
diri dalam suaranya. Keterampilan verbal yang buruk bisa diartikan sebagai
memiliki suara yang monoton, mengatakan hal-hal yang salah, berbicara terlalu
pelan sehingga sulit terdengar atau terlalu keras sehingga terasa mengganggu,
atau berbicara mengenai topik yang membosankan. Orang yang hanya bisa
berkata-kata tentang satu topik saja juga akan dipandang sebagai seseorang yang
memiliki social skills yang buruk.
Karena
ada beragam dialek daerah di AS, social skills juga bisa ditentukan oleh aksen
atau ketiadaan dialek. Seseorang yang tinggal di wilayah Selatan namun berasal
dari California bisa dianggap sebagai orang yang memiliki suara yang
menjengkelkan karena ia tidak memiliki aksen Selatan. Sebaliknya, seorang
pembicara dari California akan cenderung mengira orang Selatan yang berbicara
pelan-pelan dengan aksen yang berat sebagai orang yang tidak terdidik.
Orang-orang yang memiliki aksen negara lain, kecuali aksen Inggris, cenderung
disangka sebagai seseorang yang kurang pintar dibandingkan dengan orang-orang
yang bisa berbicara bahasa Inggris secara jelas. Dengan demikian, cara
penangkapan suara pembicara bisa membuat seseorang membuat penilaian singkat
mengenai pembicara itu, walaupun seringkali penilaian itu keliru.
Aspek
social skills lainnya adalah nonverbal. Bahasa tubuh, berdiri tegak, melakukan
kontak mata, menampilkan gestur yang tepat, mencondongkan tubuh ke arah orang
yang sedang berbicara, mengeluarkan senyum yang tepat, dan tetap memperlihatkan
gerak tubuh yang terbuka bisa dianggap sebagai keterampilan nonverbal yang
baik. Harus diingat bahwa kesemuanya ini bisa saja terlalu berlebihan. Gestur
bisa jadi terlalu dramatik, orang yang terlalu banyak senyum mungkin bukan
orang yang bisa dipercaya, dan terlalu mencondongkan tubuh ke arah seseorang
kadangkala dianggap sebagai sesuatu yang kasar.
Selain
itu, orang yang memiliki keterampilan sosial yang baik juga merupakan seorang
pendengar yang baik. Menganggukkan kepala, kadang-kadang mengeluarkan
celetukan, dan memperhatikan komunikasi orang lain juga hal yang berharga.
Orang tidak hanya sekedar ingin menjadi sasaran berbicara, tapi juga ingin
diajak berbincang-bincang. Adanya perasaan bahwa kedua komunikator mengambil
bagian yang sama dalam sebuah percakapan memperlihatkan adanya social skills
yang mahir.
Meskipun
social skills bisa dipelajari, beberapa orang tampaknya sudah terlahir dengan
bakat social skills yang baik. Sementara orang lainnya bisa kelihatan berjuang
habis-habisan karena ketidakmampuan berkomunikasi. Sebagai contoh, orang-orang
yang mengidap autisme, gangguan belajar nonverbal, dan Aspergers mengalami kesulitan
dalam memperlihatkan perubahan nada suara, sarkasme, dan bahasa tubuh mereka
akan sangat buruk untuk berkomunikasi.
Orang-orang
yang mengidap gangguan kecemasan sosial (social
anxiety disorder) bisa terhambat karena merasa panik dalam situasi sosial
tertentu sehingga social skills menjadi masalah yang problematis. Meskipun banyak
yang akhirnya bisa mengalahkan kecemasan sosial, orang-orang yang terbentur
gangguan berbahasa seringkali harus mengalami perjuangan berat dalam menjalin
sebuah hubungan dan akan terbiasa dinilai melalui kualitas dalam diri mereka
ketimbang kemampuan mereka yang diartikan oleh kebudayaan mereka sendiri
sebagai social skills.
Diterjemahkan
dari wisegeek.com
Gambar dari
http://spongebob.wikia.com