Di depan lampu
merah mobil harus berhenti. Di jalan yang sedang diperbaiki juga dipasang lampu
merah supaya bisa menarik perhatian orang. Selain itu, di atas pintu keluar
gedung bioskop, di puncak menara, juga dipasang lampu merah sebagai tanda.
Mengapa memakai lampu merah? Selain cahaya merah itu jelas dan
menyolok, masih ada sebab lainnya yang lebih penting bila ditilik dari sudut
ilmu cahaya.
Sebagaimana telah diketahui, cahaya putih itu terdiri dari tujuh macam
warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Ketika memancar,
berbagai warna cahaya itu mempunyai gelombang yang berlainan. Di antara
cahaya-cahaya itu, cahaya merahlah yang gelombangnya paling panjang dan bisa
menembus banyak butir yang halus seperti rintik hujan, debu, dan kabut. Gelombang
cahaya ungu paling pendek dan daya tembusnya paling kecil. Waktu cahaya putih
memancar pada banyak butir halus, maka timbullah gejala menyebar. Keadaan penyebaran
itu berbeda-beda sesuai dengan panjang gelombang yang berlainan pula. Cahaya yang
lebih pendek gelombangnya seperti cahaya ungu dan biru mudah menyebar dan tidak
bisa menembus butir halus. Sedangkan cahaya yang panjang gelombangnya seperti
cahaya merah tidak mudah menyebar dan bisa menembus butir halus itu. Inilah sebabnya
kita bisa melihat cahaya matahari yang merah melalui awan pagi.
Demikian juga pada cuaca berkabut, matahari kelilhatannya merah dan
melalui kaca baur, cahaya lampu menjadi merah. Oleh sebab itu cahaya merah bisa
digunakan secara luas sebagai tanda bahaya.