Tuesday, December 20, 2011

KIRIM PESAN LEWAT POSTER


Banyak cara untuk menyampaikan pesan terbuka. Salah satunya lewat poster. “Papan” pemberitahuan ini biasanya dicetak di atas kertas atau karton. Umumnya dipajang di tempat ramai agar menarik perhatian khalayak ramai. Pejalan kaki dan pengendara mobil. Bisa ditempel di tembok, billboard, kios, bahkan sekarang banyak dipasang di badan kendaraan umum. Pesannya cukup singkat dan bergambar. Supaya mudah dipandang dan dipahami, serta gampang diingat.
Pada awalnya poster berupa maklumat atau semacam surat edaran yang ditulis di atas panel kayu atau tembok. Itu terjadi di Yunani dan Italia. Kapan persisnya, kurang jelas. Yang pasti poster yang berkembang sekarang tak lepas dari poster kuno yang ditemukan oleh Aloys Senefelder, di Munich pada tahun 1798.
Akhir 1800-an, pelukis Henri de Toulouse-Lautrec dan Alphonse Mucha membuat poster dan direproduksi pada batu litograf. Poster pertama Toulouse-Lautrec dikerjakan tahun 1891. Kopian karyanya kini dinilai tinggi oleh kalangan kolektor dan museum seni.
Berdasarkan alirannya, antara lain dikenal poster seni, yang dikembangkan oleh seniman abad-19. Poster komersial (iklan), dan poster yang lebih menonjolkan kreativitas perancang grafisnya. Tentang poster seni, Jules Chéret adalah pionir poster litografis berwarna, pada era 1866, di Paris. Gabungan teknik ilustrator buku dan gaya lukisan dinding, dengan bahasa yang visual populer. Teknik litografi memungkinkan poster warna dibuat dalam jumlah banyak dan murah. Pada abad itu, poster seni juga berkembang di AS.

Dunia perposteran terus berkembang. Begitu pula tujuannya. Bukan semata-mata sebagai sarana promosi produk, layanan, dan hiburan. Tidak jarang juga digunakan sebagai sebagai sarana propaganda. Sampai-sampai pemerintah Perancis melarang pemasangan poster atau sejenisnya tanpa izin, pada tahun 1633.
Era perang pun ikut mempengaruhi isi poster. Muncullah poster PD I berisi kampanye bantuan perang dan mendesak pendaftaran dinas militer. PD II menginspirasi poster patriotik.
Poster propaganda kembali mendominasi. Pada 1920-an, propagandis politik menampilkan teknik baru. Poster revolusioner bangsa Rusia tampil berupa komik strip dipadu dengan seni rakyat biasa. Poster propaganda antiperang ataupun antikemapanan dari generasi lebih muda muncul tahun 1960-an. Awal 1900-an muncul poster bergaya satir, kritikal, dan bawah tanah buatan kaum hippi.
Industri perfilman mempengaruhi dunia poster. Bioskop ikutan memasang poster film. Gambarnya menarik dengan judul besar. Abad ke-18 dan 19 seniman di Cina dan Jepang membuat poster bioskop yang meriah di atas papan kayu dengan teks dan ilustrasi berwarna. Pada 1940-an, poster bioskop didominasi warna mencolok.
Lantas muncul poster komersial (iklan) yang dapat dipindah-pindah, semisal poster 1477 buatan William Caxton, di Inggris, sebagai papan reklame buku. Tahun 1940-an, billboard menggantikan peran poster ukuran kecil.
Sejak 1910 hingga akhir 1930-an, muncul perancang poster bergaya realisme. Seniman Italia, Leonetto Cappiello memelopori gaya ini. Di Jerman, ada Lucian Bernhard dan Ludwig Holwein. Ada pula yang bergaya kubisme.
Belakangan, model poster semakin beragam. Ada poster soal lingkungan, ekologi, kesehatan, dan isu politik, serta kampanye politik. Motif dan rancangan grafisnya pun bergaya kontemporer. Tahun 1980-an, poster tentang AIDS karya Keith Haring tampil dengan gaya lucu (kartun). Sebagai kampanye kelaparan dunia, pengarang dan ilustrator buku anak-anak Maurice Sendak membuat poster seorang bayi duduk tersenyum di antara bunga matahari, tahun 1991.
Tak ketinggalan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), tahun 1989, menyewa Daniel J. Walsh, distributor poster dari Kuba, untuk menyebarkan pesan secara lebih efektif kepada publik AS melalui seni poster politik. Awal 1990-an, poster propaganda politik dan poster iklan dirancukan oleh billboard kontroversial, yang memuat foto jurnalistik seorang korban AIDS yang meninggal dan pengungsi Albania.
Ingin cepat populer, bisa lewat poster. Asalkan bukan yang bertuliskan WANTED ...! (Rye)


Asal usul poster ini adalah tulisan dalam rubrik “Usut Asal” Majalah Intisari, Maret 2002

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...