Thursday, December 22, 2011

BIGFOOT


Benarkah Bigfoot sebesar ini? Model bigfoot di sebuah museum di AS
Di pedalaman Amerika Utara sesosok mahluk berbentuk seperti kera yang legendaris bersembunyi dalam kegelapan. Dengan tinggi tubuh lebih dari tujuh kaki dan badan berotot yang besar sekali, pastilah sulit baginya untuk tetap tersembunyi. Orang-orang yang pernah melihatnya mengatakan bahwa mahluk ini bisa menghilang begitu saja ke dalam kegelapan. Seperti halnya manusia, ia berjalan tegak namun rambut-rambut berwarna hitam yang menutupi sekujur tubuhnya mengindikasikan bahwa mahluk ini bukanlah spesies Homo sapien. Tidak pernah ada mayat, tulang belulang, atau bekas-bekasnya yang pernah ditemukan meskipun sudah lebih dari dua abad pencarian dilakukan. Satu-satunya bukti yang kita miliki mengenai mahluk mitos ini adalah jejak kaki yang sangat besar. Itulah sebabnya kita menyebutnya “bigfoot” alias si kaki besar.
            Seperti halnya monster-monster legendaris lain dalam cerita-cerita masyarakat Pribumi Amerika, Bigfoot merupakan salah satu bagian penting dalam kisah-kisah tradisional setempat. Orang-orang pribumi menyebutnya ‘Sasquatch’, “raksasa berbulu yang berdiam di hutan-hutan”. Namun yang membuatnya terkenal adalah pertemuannya dengan para pendatang dari Eropa.
Pada tahun 1811, David Thompson, seorang pedagang kulit putih, sedang berada di kawasan utara Pegunungan Rocky ketika ia menemukan rangkaian jejak kaki besar berukuran 14 kali 8 inci. Selama bertahun-tahun, kisah tentang Sasquatch menyebar dan pada tanggal 4 Juli 1884, koran Daily Colonist di British Columbia mengumumkan bahwa seorang awak kereta api berhasil menangkap sesosok mahluk tak dikenal. Ternyata mahluk gempal berbulu yang ditangkapnya itu hanyalah seekor simpanse.

Perlahan-lahan pegunungan di Amerika dan Kanada dipenuhi oleh cerita-cerita tentang penampakan Sasquatch; bahkan pernah ada laporan yang menyebutkan segerombol mahluk itu telah menyerang orang-orang di dalam hutan. Fenomena Sasquatch ini tidak melulu berpusat pada gagasan bahwa mahluk itu hanya satu, sebagian besar orang selalu menganggap bahwa ada kemungkinan mahluk itu berkembang biak. Pada saat itu, mahluk mitos ini hanya menjadi buah bibir di kalangan para penebang kayu, penambang, dan mereka yang tinggal atau bekerja disekitar kawasan tempat mahluk ini pernah terlihat.
Hal ini berubah di tahun 1958 ketika Jerry Crew, seorang supir buldoser yang bekerja di Humboldt County, California, membuat cetakan dari jejak-jejak kaki aneh yang ia temukan. Sebuah koran lokal memotret Crew dan foto itu kemudian tersebar ke seluruh penjuru Amerika Serikat. Foto seorang laki-laki  yang sedang memegang cetakan jejak kaki mahluk misterius inilah yang menjadi awal legenda Bigfoot modern. Kendatipun demikian, penemuan Crew hanyalah satu permulaan, peristiwa yang terjadi sembilan tahun kemudianlah yang menjadi peletak dasar kisah Bigfoot dalam kehidupan orang Amerika.
Pada bulan Oktober 1967, Roger Patterson dan Bob Gimlin sedang berkuda melewati Bluff Creek, California utara. Tujuan mereka berada di wilayah itu memang khusus untuk mencari Bigfoot. Tiba-tiba saja satu Bigfoot muncul di depan mereka hingga kuda Patterson terkejut dan penunggangnya terlempar. Sementara Gimlin mengarahkan senapannya ke arah mahluk itu, dengan cepat Patterson mengejar mahluk tersebut dan merekam gerakan mahluk itu dengan kamera film yang dibawanya. Hasilnya adalah bukti yang paling membingungkan yang pernah ada. Video rekaman itu menunjukkan sesosok mahluk besar berbulu yang berjalan dengan dua kaki sedang berjalan perlahan ke arah semak-semak sebelum kemudian menghilang. Para ahli yang meneliti film tersebut secara seksama menyatakan bahwa sosok yang ada dalam film itu adalah Bigfoot betina, sebab ada dua payudara terlihat di bagian depan tubuhnya.
Walaupun bukti film itu menarik, banyak orang yang mempertanyakan keasliannya. Beberapa ahli yakin bahwa jika film itu diputar sedikit lebih cepat, maka dengan mudah kita bisa mengenali bahwa sosok mahluk di film itu hanyalah orang yang sedang memakai kostum. Walaupun begitu, aspek-aspek dari film itu benar-benar luar biasa. Sebagai contoh, para pakar bioteknologi mengatakan bahwa mahluk seperti Bigfoot haruslah memiliki tumit yang lebar agar bisa berjalan tegak. Mahluk dalam film itu memiliki tumit seperti itu.
Para pakar di industri perfilman pada awalnya menduga bahwa film tersebut hanyalah sebuah efek khusus belaka, akan tetapi mereka tidak bisa menemukan tanda-tanda yang bisa menunjukkan bahwa film itu hanyalah sebuah tipuan. Sekelompok ilmuwan Rusia yang juga mencoba mencari kecepatan asli dari film itu akhirnya menyimpulkan bahwa mahluk itu memang memiliki gaya berjalan yang lamban. Meskipun demikian, Gimlin sendiri telah mengatakan bahwa ia bisa saja turut menjadi korban dalam sebuah tipuan yang dibuat oleh temannya sendiri. Hal ini tidak akan pernah kita ketahui sebab Patterson meninggal di tahun 1972 karena mengidap kanker.
Penampakan-penampakan manusia-kera yang lebih baru justru lebih membingungkan dan aneh. Orang-orang ada yang melaporkan telah melihat UFO di kawasan tempat Bigfoot terlihat sebelumnya. Selain itu, dikabarkan juga bahwa mahluk itu memiliki mata yang merah menyala dan membawa-bawa sebuah gumpalan cahaya. Ada juga perkembangan lain yang aneh, yakni para Sasquatch selalu dilaporkan dalam kualitas yang melampaui dunia fisik, konon disebutkan bahwa jika mereka mati, mayat Bigfoot akan musnah menjadi eter. Ini sebenarnya perkembangan yang memalukan, sebab untuk bisa menerima keberadaan Bigfoot, dunia memerlukan bukti fisik yang nyata.


Dari buku 100 Strangest Mysteries

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...