Sebenarnya kisah tentang Mary Celeste bukanlah kisah hantu, tapi gara-gara ulah satu penulis fiksi ternama sepanjang masa kisah tentang kapal ini menjadi salah satu legenda yang paling membingungkan dalam misteri di lautan. Penulis itu adalah Sir Arthur Conan Doyle yang ketika ia masih merupakan seorang penulis muda ditugasi untuk menulis kisah tentang sebuah kapal yang berlayar di Samudera Atlantik dengan kondisi yang masih sangat baik namun anehnya tidak ada anak buah kapal maupun penumpang di dalamnya. Arthur merubah sedikit namanya menjadi Marie Celeste dan menambahkan unsur-unsur fiksi di dalamnya. Meskipun demikian, fakta-fakta yang ada mengenai kapal ini sebenarnya sudah cukup aneh dan hingga hari ini tidak ada seorang pun yang benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka yang naik di kapal Mary Celeste.
Pada awalnya kapal ini diberi nama Amazon dan dibuat pada tahun 1860 di Nova Scotia. Panjangnya 100 kaki, beratnya 282 ton brigantin. Sejak awal diluncurkan, kapal ini memang kapal yang sial: mengalami beberapa kecelakaan dan akhirnya dilelang di New York untuk penyelamatan dari kondisinya yang parah pada tahun 1868. Tiga orang pemilik barunya yaitu James H. Winchester, Silvester Godwin, an Benjamin Spooner Briggs, memperbaiki dan melayarkan Amazon. Mereka mendaftarkan kapal itu di New York dengan nama Mary Celeste.
Karena sebelumnya telah berpengalaman memimpin tiga buah kapal, Briggs menjadi kapten di Mary Celeste. Briggs adalah sosok pemimpin yang jujur, tangguh, dan terkenal taat beragama. Ia adalah jenis kapten yang hanya akan meninggalkan kapalnya jika kondisinya sudah benar-benar buruk. Pada tanggal 7 November 1872, Mary Celeste meninggalkan New York membawa Briggs, Sarah (istri Briggs), dan anak perempuan mereka, Sophie Matilda, serta tujuh orang kru kapal. Muatan mereka adalah 1700 barel alkohol buatan Amerika yang diangkut menuju Genoa di Italia.
Seminggu kemudian, sebuah frigat Inggris bernama Dei Gratia berlayar meninggalkan Amerika untuk mengikuti rute menyeberangi Atlantik yang sama dengan Mary Celeste. Kapten David Reed Morehouse yang beberapa hari sebelum Mary Celeste meninggalkan dermaga sempat makan malam bersama Briggs, menjadi kapten di Dei Gratia. Pada tanggal 4 Desember, Dei Gratia berada pada 400 mil sebelah timur Azores ketika anak buah kapalnya melihat sebuah kapal terkatung-katung di depan mereka. Melalui teropongnya, Morehouse bisa melihat bahwa kapal tersebut adalah Mary Celeste. Karena tidak ada tanda-tanda aktivitas di dek dan tidak ada jawaban atas segala upaya menyapa kapal itu, Morehouse memutuskan untuk mengirimkan beberapa anak buahnya.
Mualim kapal Dei Gratia, Oliver Deveau, ditunjuk sebagai pemimpin kelompok awak yang naik sekoci itu. Ia mendapati bahwa Mary Celeste berada dalam kondisi yang sangat baik untuk berlayar dan memiliki persediaan air dan makanan yang banyak, namun ada beberapa kerusakan dalam interiornya. Ada sejumlah besar air di dek kapal dan salah satu pompanya rusak. Kompor di dapur sudah berpindah dari posisi seharusnya dan jam serta kompas di kapal itu juga rusak.
Awak kapal tampaknya pergi dengan terburu-buru sebab sepatu-sepatu bot anti air dan pipa-pipa mereka tertinggal di kapal, namun tampaknya Kapten Briggs membawa kronometer dan sextant. Deveau tidak menjumpai satu mahluk hidup pun di atas kapal itu. Temuan yang paling menarik adalah buku catatan kapal. Entri terakhir bertanggal 24 November ketika Mary Celeste baru melewati Azores. Ini artinya kapal tersebut telah berlayar sendiri selama 400 mil dengan arah yang tepat menuju wilayah Laut Tengah.
Awak kapal Dei Gratia kini dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok tinggal di kapal mereka sendiri, sementara sisanya melayarkan Mary Celeste menuju Gibraltar. Muatan alkoholnya sampai di Genoa dengan hanya sembilan barel yang rusak. Setelah dilakukan penyelidikan, Mary Celeste dijual dan kemudian berpindah-pindah tangan beberapa kali. Setelah mendengar kisahnya, banyak pelaut yang memutuskan bahwa kapal ini bukanlah kapal yang baik untuk diajak berlayar. Pada tahun 1884 Mary Celeste ditenggelamkan di lepas pantai Haiti dalam sebuah upaya penipuan asuransi. Namun yang tetap jadi pertanyaan adalah apa yang terjadi dengan awaknya di tahun 1872 itu?
Kejadian versi resminya, yang dikeluarkan oleh pihak berwenang di Inggris dan Amerika, adalah bahwa awak kapal itu telah melakukan pemberontakan dan kemudian mereka meninggalkan kapal. Versi ini sebenarnya kemungkinan kecil terjadi sebab perjalanan yang ditempuh kapal ini hanyalah sebuah pelayaran pendek dan juga tidak ada tanda-tanda perkelahian di atas kapal. Selain itu, Briggs juga secara umum dipandang sebagai seorang kapten yang ulung dan dihormati.
Teori kedua nyaris tidak masuk akal. Teori ini datang dari seseorang bernama Fosdyk yang meninggalkan catatan setelah kematiannya. Catatan tersebut menyatakan bahwa ia adalah seorang penumpang rahasia di atas Mary Celeste. Ia mengklaim bahwa Briggs telah membangun sebuah dek khusus di haluan kapal untuk anak perempuannya. Dalam perjalanan, dua awak kapal melakukan lomba berenang mengelilingi kapal dan salah satunya diserang oleh ikan hiu. Ketika sisa penumpang lainnya berdesak-desakan di dek kecil itu untuk melihat awak yang diserang hiu, struktur dek itu runtuh dan membuat semua orang di atasnya jatuh ke laut dan dimakan hiu. Fosdyk mengaku bahwa ia bisa bertahan hidup karena terhanyut dan berpegangan di sebuah kayu yang terapung-apung.
Penjelasan yang paling masuk akal, jika kita melihat fakta-fakta yang ada, adalah bahwa Mary Celeste bertemu dengan jalur cuaca yang sangat buruk. Pada saat kapal terombang-ambing, muatan alkoholnya ada yang tumpah ke lantai tempat penyimpanan. Bersamaan dengan hal itu, gerakan kapal membuat kompor yang berada di dapur juga tergeser-geser. Takut kapal akan meledak, Briggs memerintahkan semua orang untuk naik ke sekoci dan berencana mengikuti Mary Celeste dari belakang dengan mengikatkan tali layar yang kuat ke badan kapal.
Ketika badai memburuk, entah bagaimana tali layar itu putus dan Mary Celeste terlepas. Briggs, keluarganya, dan para awak terkatung-katung di tengah Samudera Atlantik. Ada beberapa bukti yang menguatkan skenario ini. Morehouse bersaksi bahwa Dei Gratia juga dihajar badai yang buruk selama beberapa hari sebelum menemukan Mary Celeste. Sebagaimana disebutkan di atas, Deveau mendapati bahwa alkohol dan air berceceran di kapal sementara kompor di dapurnya berada di tempat yang tak semestinya. Yang lebih penting lagi, Deveau juga menyebutkan bahwa semua perahu kecil tidak ada dan tali-tali layar ditemukan tergantung berjuntai di bagian sisi kapal.
Bagaimanapun juga, kisah tentang kapal hantu memang tidak aneh di abad kesembilan belas. Sekunar Belanda bernama Hermania dan kapal Marathon ditemukan dalam keadaan ditinggalkan namun mengapung dengan jalur dan keadaan yang sempurna di sekitar waktu yang sama dengan Mary Celeste. Meskipun demikian, dengan bantuan Conan Doyle, Mary Celeste-lah yang benar-benar menarik minat khalayak. Sementara imajinasi pengarang itu, dan juga imajinasi kita, bisa melahirkan berbagai kemungkinan, takdir sebenarnya dari jiwa-jiwa penumpang Mary Celeste mungkin selamanya akan menjadi kisah yang tidak akan pernah kita ketahui.
(diterjemahkan dari buku 100 Stangest Mysteries)