Tuesday, April 19, 2011

CACING MEMPERBAIKI MUTU TANAH

Apabila Anda berjalan di beberapa jalan kecil yang masih agak becek di pinggir sawah atau ladang tiada berapa lama setelah hujan berhenti, di sana-sini Anda dapat melihat beberapa onggokan tanah dengan rapihnya melingkar-lingkar. Pindahkan onggokan tanah itu dengan hati-hati, dan Anda segera akan dapat melihat di bawahnya bermukim beberapa ekor cacing tanah.

Bentuk tubuh cacing bulat torak seperti silinder tapi dua belah ujungnya agak lancip: yang agak buntung adalah bagian belakangnya; yang lancip adalah kepalanya. Digestive tube atau saluran pencernaannya (termasuk rongga mulut, pharynx atau tekak, esophagus atau saluran makan, gizzard atau empedal, lambung, usus dan rectum atau poros usus) mirip dengan sebatang silinder kecil yang diselubungkan ke dalam silinder besar. Yang aling depan adalah lubang mulut (prostomium) yang menonjol, terdiri dari otot tebal dan sangat elastis, dapat direntangkan dan direnggutkan kembali; kerongkongannya tidak bergigi tapi mempunyai kerut-kerut, yang melintang, dapat dikeluarkan dan memudahkan pengambilan mangsanya. Susunan mulut semacam ini berfaedah untuk meraba, mengebor tanah, mencari, dan menelan makanan.

Cacing tidak memilih makanan, baik butir pasir dan tanah maupun zat organik yang telah busuk, semuanya dirangkum oleh kerongkongannya yang dapat dikeluarkan, lalu ditelannya sekaligus. Makanan itu masuk ke dalam tekak yang banyak serat ototnya dan setelah tercampur dengan secreta atau getah-pakai kelenjar kerongkongan lalu menjadi basah dan lekit serta berubah menjadi banyak potongan kecil. Setelah melalui pencernaan pertama, lalu masuk ke dalam empedal. Sebagai akibat pengerutan otot yang ulet pada dinding empedal dan pergeseran selaput chitin atau zat tanduk maka potongan kecil tanah itu menjadi makanan yang amat lembut yang kemudian berpindah masuk ke dalam lambung dan usus, dicerna dan diserapnya perlahan-lahan. Cacing waktu makan di dalam tanah kepalanya selalu mengarah ke bawah, zat organik dicerna dan diserap, tanahnya dibuang melalui duburnya – inilah tahi cacing atau onggokan kecil tanah, rapih dan melingkar-lingkar yang sering kita lihat.

Setelah proses pencernaan melalui saluran pencernaan, tanah yang kasar itu berubah menjadi halus, yang kering menjadi lembab, dan disamping itu bertambah pula dengan zat kimia sehingga tanah yang kurus telah berubah menjadi tanah yang gemuk. Cacing sering pula membalik-balik tanah yang halus ke atas tanah yang kasar, suatu pekerjaan yang tak ubahnya dengan pembajakan dan penyiangan. Ini amat berfaedah bagi pertanian. C.R. Darwin (1809-1882) setelah mengadakan pengamatan tentang perbuatan cacing itu lalu menarik kesimpulan bahwa cacing amat berjasa dalam memperbaiki mutu tanah. Pada tahun 1979 di Inggris telah diadakan upacara peringatan ulang tahun ke-100 penemuan Darwin ini.

Mungkin dalam benak Anda timbul pertanyaan demikian, “andaikata cacing itu benar-benar mempunyai kepandaian untuk mengubah mutu tanah, tetapi tanah sawah ladang itu demikian luasnya, sedangkan cacing itu begitu kecil, apakah pekerjaannya itu ada faedahnya?”.
Memang benar cacing itu sangat kecil, akan tetapi jumlahnya bukan main banyaknya; dalam satu meter persegi tanah terdapat beberapa puluh ekor cacing. Peribahasa mengatakan, “Berdikit-dikit, lama menjadi bukit”. Apalagi cacing itu sudah mulai menggarap tanah sebelum ada manusia. Jadi jumlahnya yang tak terbilang banyaknya itu ditambah lagi dengan waktu yang panjang maka Anda dapat membayangkan sendiri betapa luasnya tanah kurus yang telah diubahnya menjadi tanah gemuk.

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...