Dalam bahasa Inggris saat
ini ada yang disebut “screen time” yang terjemahan bebasnya dalam
bahasa Indonesia adalah “waktu menatap layar”. Bisa dikatakan bahwa screen time adalah lamanya waktu yang
dihabiskan oleh seseorang untuk menatap layar saat dia melakukan aktivitas tertentu
yang melibatkan peralatan yang memiliki layar. Tentu saja layar yang dimaksud
di sini bukanlah layar seperti pada perahu, melainkan layar monitor, peralatannya
antara lain adalah televisi, komputer, smartphone, dan lain sebagainya. Muncul
kerisauan di kalangan orang tua mengenai screen
time pada anak-anak mereka. Adakah dampak negatif jika anak-anak memiliki
terlalu banyak screen time?
Bagaimanakah cara membatasi atau menguranginya? Katherine Lee, seorang
pakar di bidang anak-anak usia sekolah menuliskannya di situs about.com.
Memangkas Screen
Time Berarti Kesehatan dan Rangking yang Lebih Baik bagi Anak-anak.
Mengurangi waktu menonton
televisi, menggunakan smartphone, dan komputer baik bagi anak-anak.
Oleh: Katherine Lee
Apabila Anda pernah bertanya-tanya
apakah memang benar-benar penting untuk bertengkar dengan anak soal jumlah
waktu yang dihabiskannya di depan TV, komputer, atau layar lainnya, maka
jawabannya, menurut penelitian-penelitian yang dilakukan belakangan ini, adalah
“ya”. Mengurangi waktu penggunaan peralatan-peralatan itu memungkinkan keluarga
untuk lebih benar-benar menghabiskan waktu interaksi bersama dan berbicara satu
sama lain, dan bisa memberi waktu lebih bagi anak-anak untuk bermain di luar
rumah serta berolahraga atau membaca buku. Belakangan ini,
penelitian-penelitian menunjukkan bahwa memangkas screen time juga bisa memiliki efek positif terhadap kesejahteraan
fisik, sosial, dan perilaku anak, dan bahkan bisa meningkatkan performa
akademis mereka.
Bagaimana screen time yang terlalu banyak bisa merusak anak-anak
Riset telah menunjukkan bahwa
anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk menggunakan peralatan
media elektronik dibandingkan waktu mereka untuk melakukan aktivitas lain –rata-ratanya
7 jam per hari, menurut American Academy of Pediatrics (AAP). Terlalu banyak
menghabiskan waktu untuk menatap layar telah dikaitkan dengan kurangnya waktu
tidur, rangking yang rendah di kelas, dan resiko menderita kegemukan atau
obesitas yang lebih besar. Itu hanyalah sedikit alasan mengapa AAP dan lembaga
di bidang kesehatan anak lainnya mendesak para orang tua untuk membatasi screen time hanya tidak lebih dari satu atau dua jam per hari bagi anak-anak berusia
2 tahun ke atas. (AAP menyarankan para orang tua untuk menghindarkan screen time dalam bentuk apa pun bagi
anak-anak dan bayi yang berusia di bawah dua tahun)
Permasalahan lain pada anak yang
memiliki terlalu banyak screen time:
ketika anak itu semakin besar dan semakin banyak menghabiskan waktu menatap
layar, maka ada penurunan yang lumayan besar dalam hal keterlibatan mereka dalam
aktivitas pendidikan, demikian menurut laporan terbaru dari Joan Ganz Cooney
Center, sebuah kelompok riset nirlaba yang didirikan oleh Sesame Workshop.
Laporan Joan Ganz Cooney Center ini
didasarkan pada sebuah survey nasional terhadap para orang tua dari 1.577
anak-anak berusia 2 sampai 10 tahun. Para
peneliti bertanya kepada para orang tua itu perihal penggunaan media oleh
anak-anak mereka yang mencakup TV, DVD, video game, buku, e-reader, smartphone,
tablet dan peralatan mobile lainnya. Mereka mendapati bahwa pajanan (exposure) anak-anak terhadap media
edukasional (misalnya program-program edukasi seperti Sesame Street atau permainan matematika online) akan menjadi lebih
jarang ketika si anak semakin besar, sekalipun jumlah screen time mereka semakin banyak. Anak-anak usia 2 sampai 4 tahun
dilaporkan telah menghabiskan rata-rata 1 jam 37 menit sehari untuk menatap
layar, dengan 1 jam 16 menit di antaranya dengan menonton materi-materi
pendidikan. Sebaliknya, anak-anak berusia 8 sampai 10 tahun menghabiskan
rata-rata 2 jam 36 menit menatap layar per hari dan hanya 42 menit di antaranya
yang dihabiskan untuk media pendidikan. Dengan kata lain, perbandingan screen time yang dihabiskan untuk materi
yang mengandung unsur pendidikan turun dari 78 persen untuk usia yang lebih
muda menjadi 27 persen bagi anak yang lebih tua umurnya.
Keuntungan memangkas screen time
Salah satu penelitian terbaru
menemukan bahwa pengawasan orang tua terhadap penggunaan media oleh anak-anak
telah meningkatkan dan memperbaiki tidur si anak, menurunkan indeks massa
tubuh, dan menghasilkan ranking atau peringkat si anak di sekolah. Penelitian itu,
yang dipimpin oleh Douglas Gentile, PhD, seorang associate professor bidang psikologi dari Iowa State University dan
pakar ternama di bidang pengaruh media pada anak dan orang dewasa, meneliti
1.323 anak-anak kelas tiga, empat, dan lima di Iowa dan Minnesota selama
periode satu tahun pelajaran, atau tujuh bulan. Para peneliti menemukan bahwa
ketika orang tua mengawasi penggunaan media oleh anak mereka –antara lain
dengan membatasi jumlah waktu yang diizinkan bagi anak-anak untuk menggunakan
komputer, TV, telepon, dsb,; membatasi konten; atau secara aktif membahas tema
dan aspek-aspek lain dari konten yang mereka tonton—ada perubahan sosial,
akademis, dan fisik yang terjadi pada anak-anak mereka. Anak-anak lebih banyak
waktu tidurnya, memiliki peringkat dan nilai yang lebih baik, serta memiliki
indeks massa tubuh (yakni sebuah ukuran tubuh yang didasarkan pada bobot dan
tinggi) yang lebih rendah, dan agresi yang lebih rendah, ucap Dr. Gentile.
Orang tua mungkin tidak menyadari
dampak dari pembatasan dan pengawasan screen
time secara langsung, seperti halnya mereka tidak menyadari bahwa anak
mereka bertambah tinggi dari hari ke hari, kata Dr. Gentile, tapi ada dampak
yang disebut sebagai “ripple effect” atau
efek riak olehnya.Mengawasi screen time
dan konten tidak dengan segera menimbulkan perubahan, namun seiring waktu
berjalan ada manfaat yang besar bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Menurut
penelitian itu, semakin banyak pengawasan orang tua akan mengurangi jumlah
total screen time pada anak dan
mengurangi pajanan terhadap kekerasan media, yang pada gilirannya memunculkan
manfaat-manfaat seperti perbaikan kualitas tidur, indeks massa tubuh yang lebih
rendah, performa yang lebih baik di sekolah, perilaku sosial yang lebih baik,
serta mengurangi agresi.
Strategi-strategi untuk membatasi dan mengawasi screen time pada anak
Tentukan batasan waktu – dan laksanakan dengan ketat. Tentukan
aturan dan batasan waktu untuk screen
time, entah itu berupa satu jam menonton TV setelah pekerjaan rumah atau
tidak lebih dari 30 menit total untuk chatting
dengan teman-teman. Dan seberapa besar pun godaannya untuk memberikan waktu
lebih ketika si anak memohon, merengek, dan menawar, teguhlah dan bersikaplah
sekonsisten mungkin.
Keluarkan layar dari kamar anak. Jangan izinkan anak Anda memiliki
TV atau alat bermonitor lainnya di kamarnya. Memiliki TV sendiri di kamar tidak
hanya berkaitan dengan nilai ulangan yang buruk, masalah tidur, dan kegemukan
pada anak, ini juga soal godaan dan keinginan pada anak. Dan ingatlah bahwa
sekarang ini bukan hanya TV—jangan izinkan anak Anda menyimpan iPad,
smartphone, atau alat lainnya di kamar mereka.
Ketahuilah apa yang dilihat oleh anak Anda. Penelitian menunjukkan
bahwa menonton atau melihat konten tayangan bersama anak dan secara aktif
membahas tema tayangan itu, memikirkan secara kritis apa yang sedang ditonton,
dan membicarakan soal pengaruh dan makna dari konten yang sedang dilihat,
merupakan salah satu jenis pengawasan terbaik yang bisa dilakukan oleh orang
tua. Biasakan diri Anda untuk mengetahui apa yang dilihat dan didengar oleh
anak Anda ketika mereka sedang online,
bermain video game, atau menonton TV. Dan yakinkan Anda bisa membatasi konten
kekerasan yang terpajan pada anak Anda. Menurut Dr. Gentile, pakar pengaruh
konten kekerasan di media, penelitian telah membuktikan bahwa konten kekerasan
bisa mengubah perilaku anak.
Ingatkan pada diri Anda bahwa bertengkar dengan anak mengenai screen time adalah hal yang perlu
dilakukan. Anak anda mungkin akan marah ketika screen time-nya dibatasi dan diawasi, namun ingatlah bahwa dalam
jangka panjang ada banyak manfaat bagi anak Anda sendiri.
Sumber: about.com