Monday, August 18, 2014

RABIES: Tidak Pandang Bulu



Tahun 1986, penyakit rabies masih disebut penyakit “gila anjing”, bukan “anjing gila” seperti yang umum disebut saat ini. Majalah SIGMA Nomor 15 yang terbit saat itu memuat tulisan tentang penyakit rabies ini dengan tajuk Penyakit Gila Anjing Tidak Pandang Bulu. Seperti apakah penyakit rabies dan bagaimana penyakit ini dipandang pada saat itu?

PENYAKIT GILA ANJING TIDAK PANDANG BULU

Jawa Tengah dilanda penyakit gila anjing atau rabies, permulaan tahun ini. Puluhan orang jadi korban. Entah darimana asal mulanya. Ternyata di dunia Barat pun rabies masih merupakan tantangan berat.

“Kalau setan menemukan suatu penyakit, maka itu pasti penyakit gila anjing,” Ini pendapat zaman pertengahan. Penyakit sampar yang meminta korban banyak, tidak disumpahi seperti rabies.

Struktur virus rabies
Cara rabies menyebar memang mengerikan. Dalam tubuh penderita, virus Formido inexorabilis bergerak ke otak melalui serabut saraf dan sumsum tulang belakang. Gejala mulai kelihatan ketika virus sampai di kelenjar ludah. Penderita menjadi agresif dan menggigit apa dan siapa saja yang ditemui, sambil menularkan virus. Setelah tahap itu, kelumpuhan datang, lalu koma dan mati. Setelah digigit, orang mendapat vaksin anti rabies. Namun vaksinasi tidak bisa menolong penderita yang sudah memperlihatkan gejala. Hanya ada satu kasus dalam literatur modern yang menyebut korban sembuh setelah memasuki fasa kelumpuhan. Pasien beruntung itu ialah seorang anak laki-laki di Ohio, Amerika Serikat.

Rabies pada hewan liar
Rabies tersebar di semua benua, kecuali Australia dan Antartika. Penyakit ini sudah ada sejak zaman Babilonia (2300 Sebelum Masehi). Waktu itu, ada seorang pemilik anjing harus membayar denda untuk setiap orang yang digigit oleh anjingnya yang gila.

Rabies menyebar dengan cepat, karena binatang penderita umumnya melarikan diri. Penyebar utama di Eropa ialah rubah. Sebelum perang dunia II Eropa Barat bebas rabies, tetapi tahun 1945 wabah rabies menyerang hewan liar di Gdanzk, Polandia. Sejak itu rabies tidak terbendung, dan menyerang Belanda, Belgia, dan Perancis. Virus rabies sampai di Amerika bersamaan dengan virus cacar dan campak yang dibawa oleh orang-orang Eropa.

Episoisi, wabah di antara binatang liar, sulit diberantas. Semua binatang berdarah panas, termasuk beberapa jenis burung, membawa rabies. Manusia bisa mengurangi bahaya penularan dengan mencegah hewan peliharaannya berkeliaran di alam terbuka.

Bila rabies ketahuan mewabah, umumnya orang dan binatang yang terkena sudah banyak. Dulu orang tidak tahu pasti berapa lama masa inkubasi virus. Pada manusia, masa itu berlangsung bulanan sampai tahunan.

Di Inggris rabies mewabah di antara hewan peliharaan, sehingga mereka sudah bisa memberantasnya pada pergantian abad ini dengan membuat peraturan ketat. Negara-negara Skandinavia memberantasnya dengan cara yang sama. Anjing peliharaan harus dirantai, sementara yang berkeliaran ditembak. Walaupun para pecinta anjing memprotes peraturan keras itu, tapi Inggris berhasil menyatakan bebas rabies tahun 1903.

Anjing putih membuat Belanda kalang kabut
Kecintaan pada anjing dan pemberantasan rabies tidak bisa bersatu. Contohnya adalah ketika seorang anak berusia tiga tahun meninggal karena penyakit gila anjing tahun 1962 di Amsterdam. Ia digigit oleh seekor anjing putih kecil. Perkumpulan pelindung binatang tidak setuju dengan tindakan pemerintah. Padahal seluruh Belanda kalang kabut selama beberapa bulan. Ketika koran memuat berita tentang anak itu, banyak orang merasa melihat atau bahkan merasa digigit anjing itu.

Kelompok yang merasa digigit risau, karena beberapa hari kemudia seorang anak laki-laki berusia 16 tahun masuk rumah sakit dengan gejala rabies: badan kurang enak, tetapi tidak bisa menelan puyer influensa. Air yang akan diteguk menyebabkan kekejangan di lehernya. Ia menjadi gelisah, tegang dan merangkul orang. Di rumah sakit ia hanya mendapat obat penenang dan dijaga ketat agar tidak menggigit orang. Pasien sebelumnya menggigit salah seorang anggota keluarganya hingga tertular juga. Anjing putih itu ternyata sudah menggigit 21 orang dan tiga anjing lain yang berkeliaran bebas di kota.

Seluruhnya, ada empat korban meninggal. Di Amsterdam berlaku peraturan, bahwa anjing harus diikat dan tidak boleh dibawa keluar kota. Semua anjing harus diberangus. Polisi terpaksa menggeledah lebih dari dua puluh ribu mobil, karena pemilik anjing ingin melepaskan anjingnya di luar kota. Tiga puluh ribu anjing harus mendapat vaksinasi. Kebanyakan orang meminta suntikan mati untuk anjing kesayangan mereka. Puluhan bangkai anjing mengambang di perairan sekitar Amsterdam.

Korban terakhir meninggal akhir tahun 1963, ketika Belanda akhirnya bisa membendung penyakit itu. Sementara asal usul anjing putih pembuat heboh itu tidak pernah diketahui. Di masyarakat beredar cerita tentang seorang pelaut yang membawa beberapa ekor anjing dari Iran, dan menjualnya di restoran-restoran Amsterdam. Semua terjual kecuali anjing sakit itu, yang lalu dilepas di jalan.

Walaupun Inggris sangat ketat, tahun 1969 mereka mengimpor anjing rabies dari Jerman. Padahal sudah masuk karantina selama enam bulan. Setelah menggigit pemiliknya, anjing itu berkeliaran dua puluh menit di Camberley. Pejabat setempat tidak mau mengambil risiko, mereka memburu semua binatang liar yang berkeliaran di sekitar rumah pemilik anjing itu sampai beberapa kilometer. Meskipun orang Inggris cinta binatang, tidak ada orang yang protes. (Bas den Hond)


BOX:
Gejala Rabies
Ada beberapa gejala rabies dari virus yang berbeda-beda. Ada dua macam rabies pada anjing. Pada “gila liar”, gejala pertamanya ialah, binatang kelihatan sakit. Anjing liar menjadi kalem, yang ribut menjadi pendiam. Di rumah, mereka melihat ke kiri dan ke kanan, seperti merasa asing. Mereka memilih makanan sampah daripada makanan yang disediakan. Kemudian menyusul tahap berikutnya, yang tidak terdapat pada “gila tenang”. Binatang itu menggigit benda apa pun yang dijumpai. Kadang-kadang sampai giginya rompal. Itulah sebabnya anjing gila bisa kabur dari kandangnya. Moncongnya terbuka dan bagian belakang tubuhnya turun, pertanda tahap ketiga atau tahap kelumpuhan dan kematian sudah tiba. Anjing yang gila akan mati dalam sepuluh hari.

Pada manusia, tahap kedua berupa hidrofobi, takut air. Pasien akan kejang bila melihat cairan. Anjing tidak menunjukkan gejala itu, tetapi rubah mengalaminya. Mereka tidak tahan sinar, mulai ngamuk dan menjadi lumpuh. Takut air memberi ide kepada orang di zaman pertengahan untuk memasukkan pasien ke dalam air. Menurut catatan sejarah, tahun 1600 seorang pembuat barang perunggu digigit anjing. Ia diberi pemberat pada kakinya lalu diturunkan dari tiang kapal; lima menit kemudian ia diangkat kembali. Walaupun hampir mati, ia tetap hidup. Gigitan mempunyai kemungkinan menularkan virus 25 persen. Kemungkinan itu menjadi lebih kecil kalau korban memakai pakaian tebal. Sehingga cerita penyembuhan di atas sebenarnya tidak aneh. Di Inggris orang suka memandikan pasien dengan air garam.

Tetapi cara yang paling baik, daripada memandikan pasien dalam susu keledai atau urine anak kecil, adalah mencuci langsung luka gigitan. Kalau bisa dengan larutan yang “menggigit”. Orang mengira gigitan anjing beracun. Pemburu membubuhkan bahan peledak pada gigitan itu, lalu menyalakannya; luka akan bernanah lama.

Tahun 1880, Louis Pasteur dari Prancis menemukan vaksin anti rabies. Mula-mula ia menulari kelinci dengan virus, lalu virus itu dipakai seratus kali lagi. Ternyata virus tidak berbahaya lagi, bahkan membuat manusia kebal. Joseph Meister adalah orang pertama yang menerima vaksin itu.

Vaksinasi tetap merupakan cara yang terbaik untuk melawan penyakit gila anjing. Kini pasien tidak memerlukan 15 suntikan di perut, cukup beberapa suntikan di tempat yang lebih lazim. Suntikan dapat bertahan tiga tahun, tetapi hanya diberikan pada orang yang sudah tergigit. Kalau orang digigit dekat kepala, vaksinasi tidak banyak membantu. Pasien akan menerima suntikan serum dari binatang yang dikebalkan. Hal ini menghasilkan kekebalan langsung, tetapi tidak tahan lama.




Sumber: Majalah SIGMA No. 15, 1986
Foto: bio.davidson.edu

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...