Sunday, January 27, 2013

BURTON AGNES HALL : Rumah hantu terkenal di Inggris.



Bahwa Inggris terkenal dengan rumah-rumah hantu kiranya bukan berita baru lagi. Apakah hantu-hantu “asli” ataukah hanya bayangan orang ketakutan, entahlah. Namun cerita-cerita hantu ini kami kutip dari buku “Haunted Houses” karangan Aidan Chambers. Mengenai “kebenarannya” penulis buku juga tidak berani memberi jaminan, tetapi ceritanya toh cukup ngeri untuk jangan dibaca menjelang tidur.

Burton Agnes Hall
Owd Nance dan tengkoraknya
Burton Agnes Hall ialah rumah gaya Jacobian di East Riding Yorkshire. Letaknya dekat dengan desa kecil antara Bridlington dan Driffield.
Rumah itu dibangun oleh tiga bersaudara perempuan. Mereka tidak pernah menikah dan waktu ayah mereka meninggal, mereka ditinggali warisan lumayan besar.
Salah satu dari ketiga saudara itu, Anne, merasa bahwa mereka harus membangun rumah yang sesuai dengan kekayaan dan martabatnya. Untuk mewujudkan ide itu mereka minta bantuan arsitek tukang-tukang seniman paling hebat. Pekerjaan mereka diteliti sampai detail-detail terkecil. Menurut orang-orang yang tinggal di sekitarnya, Owd Nance masih berkeliaran di situ sampai sekarang. Semuanya gara-gara gelandangan.
Peristiwa ini terjadi ketika rumahnya sudah selesai. Semua dibuat seperti yang diharapkan. Pada suatu hari Anne pergi berkunjung ke keluarga St. Quintin yang tinggal tak jauh dari Harpham. Ia pergi seorang diri, biar pun ia harus berjalan kaki sekitar 2 km bersama anjingnya.
Ketika hari hampir gelap Anne bersiap-siap untuk pulang. Dekat tempat yang disebut St. John’s Well, ia melihat dua orang gelandangan tidur di pinggir danau. Ia harus lewat orang-orang itu. Ia agak takut, karena waktu itu juga sudah ada banyak korban tentang orang tunakarya yang suka merampok di jalan-jalan sepi. Namun pikir Anne ia toh sudah membawa anjing, sehingga ia jalan terus.
Ketika sudah dekat sumber air tersebut orang-orang gelandangan itu minta duit dengan sopan. Untuk menyenangkan mereka Anne mengambil dompetnya dan memberi beberapa uang logam. Pada waktu itu mereka melihat cincinnya yang gemerlapan yang sedang dipakai. Tanpa pikir panjang cincin itu ditarik.
Anne tidak mau melawan, tetapi kemudian ia mengatakan bahwa cincin itu tidak ada harganya. Ia hanya suka dengan cincin itu karena warisan ibunya yang sudah meninggal.
“Ibu atau bukan,”kata seorang tunakarya dengan kasar, “kami harus memilikinya. Mau dikasih sukarela atau dengan kekerasan.”
Tanpa menunggu jawabannya ia memegang tangan Anne dan mencoba untuk melepaskan cincinnya. Pada saat itu anjingnya menggonggong dan mencoba menggigit penyerang majikannya. Namun orang itu tetap menggarap Anne sedangkan satu orang lainnya menghalau anjing itu dengan tongkat.
Anne menjerit minta bantuan. “Diam,” kata orang yang satu dan Anne dipukul keras-keras dengan tongkat pada kepalanya. Ia jatuh pingsan di tanah.
Rupa-rupanya suara Anne tidak lenyap begitu saja. Ada beberapa penduduk desa yang mendengar jeritannya. Segera perampok-perampok itu melihat ada orang datang, mereka melepaskan Anne dan bersembunyi di antara pepohonan.
Orang-orang desa menemukan Anne dalam keadaan tidak sadar. Darah mengalir dari luka yang menganga di kepalanya. Dengan hati-hati sekali mereka mengangkat Anne ke Harpham Hall. Di situ ia dirawat sampai kembali sadar keesokan harinya. Tetapi keadaannya tetap lemah. Ia akhirnya cukup kuat untuk dibawa pulang. Ia langsung masuk tempat tidur.
Beberapa hari Anne terus kesakitan. Tenaganya turun terus biarpun saudari-saudarinya merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dokter-dokter terbaik dari Yorkshire dipanggil. Selama sakit itu ia terus bicara mengenai satu hal: Kebanggaan hidupnya, rumahnya yang indah, dan andilnya dalam pembangunannya.

Testamen aneh
Akhirnya pada suatu hari Anne memanggil saudari-saudarinya di tempat tidurnya. Ia mempunyai pesan terakhir: “Saya tidak akan dapat berisitrahat dengan tenang kalau tidak sedikit-dikitnya sebagian dari tubuh saya tinggal di rumah ini selama bangunan rumah ini masih berdiri.” Karena itu ia minta pada saudari-saudarinya untuk berjanji memasukkan kepalanya ke dalam dinding. Andaikata rumah itu dijual, ia meminta agar pemilik baru diberitahu supaya jangan menyingkirkan kepalanya itu. Kalau larangan itu dilanggar maka ia akan mengganggu penghuninya.
Mendengar permintaan itu saudari-saudarinya menjadi ngeri. Namun dibujuk bagaimanapun juga, adik mereka itu tetap pada pendiriannya. Untuk menenangkan sang adik, mereka berjanji untuk melakukannya, biarpun mereka berusaha melupakan janji itu secepatnya.
Anne sedang sakit sehingga pikirannya kacau, demikian pikir mereka. Tak lama kemudian Anne meninggal. Mayatnya dikubur di tempat pemakaman tak jauh dari rumah tersebut.
Saudari-saudarinya sangat kehilangan Anne. Dia yang paling aktif dan gembira. Sekarang kehidupan sehari-hari mereka terasa hampa.
Seminggu setelah Anne meninggal, jauh larut malam, kedua saudarinya itu sedang mau tidur ketika mereka mendengar suara sesuatu yang jatuh di lantai atas. Mereka bergegas naik tangga. Beberapa menit kemudian para pembantu mereka juga mendengar suara keras.
Kedua bersaudari itu meminta dua orang pembantu laki-laki untuk segera naik untuk melihat apa yang menyebabkan suara-suara gaduh itu. Mereka naik, tetapi tidak menemukan apa-apa. Semua menjadi takut. Mereka duduk bersama sebentar dan tidak ada yang berani tidur. Setelah beberapa waktu tidak terdengar suara apapun lagi, akhirnya mereka memutuskan untuk tidur.
Beberapa hari berlalu tanpa gangguan apa-apa. Tepat seminggu kemudian mereka mendengar suara-suara aneh lagi. Pintu-pintu rumah semuanya seperti dibanting-banting orang.
Para pembantu dan majikan semua lari dari kamar membawa lilin dan bertemu di bawah. Dengan pakaian tidur, rambut awut-awutan, rupa mereka seperti kumpulan setan.
Untuk menenangkan hati, mereka bersama memeriksa seluruh rumah. Semua pintu tertutup rapat. Namun setiap kali mereka memeriksa pintu, suara seram terdengar dari bagian rumah yang lain. ketika mereka merasa sudah tidak tahan lagi, suara-suara itu lenyap dengan sendirinya. Setelah beberapa waktu mereka akhirnya tidur lagi.
Seminggu kemudian terdengar suara orang yang lari naik turun tangga. Akhirnya terdengar suara seperti orang yang mengerang kesakitan, menyentak-nyentakkan kaki dan suara menggeram. Semua itu terjadi kira-kira tengah malam.
Sekali lagi penghuni Burton Agnes Hall ketakutan. Kali ini mereka tetap di ranjang dengan selimut menutupi kepala.
Keesokan harinya pembantu-pembantu wanita minta pamit. Mereka tidak sudi tinggal dalam rumah setan. Bujukan apapun juga tidak mempan. Para pembantu itu akhirnya meninggalkan rumah besar itu.

Tanpa pembantu
Sekarang saudari-saudari Anne harus mengurus rumah besar itu sendiri. karena tidak tahu jalan lain mereka membicarakan pengalaman-pengalaman seram itu kepada pendeta yang mengunjungi mereka. Siapa tahu pendeta itu bisa memberikan jalan keluar.
Ketika berbicara dengan pendeta itu, mereka baru teringat pada keinginan saudari mereka yang telah meninggal. Apakah mungkin karena mereka mengingkari janji mereka pada Anne maka Anne sekarang menuntut dipenuhinya janji tersebut.
Beberapa jam pendeta bicara mengenai kemungkinan mencari jalan untuk memenuhi keinginan Anne. Pendeta menyarankan agar kuburan Anne digali kembali, siapa tahu di dalamnya bisa ditemukan petunjuk-petunjuk. Dengan berat hati saudari Anne menerima usul tersebut.
Keesokan harinya pendeta dengan beberapa penggali kubur membuka makam Anne. Ketika tutup petinya dibuka, mereka kaget setengah mati. Tubuh Anne masih utuh seperti saat dikuburkan beberapa minggu sebelumnya, hanya saja kepalanya tinggal tengkorak belaka. Bagi mereka yang menggali makam saat itu jelaslah sudah bahwa hal itu adalah petunjuk bahwa Anne ingin supaya kepalanya dipindahkan. Hal ini kemudian dilakukan. Tengkorak Anne dibawa ke Hall.
Owd Nance sekarang sudah pulang ke rumahnya dan selama tengkorak itu tidak diusik, maka rumah besar itu pun aman tenteram. Setiap kali ada orang yang mencoba membuang tengkorak itu, suara-suara aneh pun terdengar lagi. Burton Agnes Hall masih menjadi salah satu rumah terbagus di Yorkshire sampai sekarang.

Dari majalah Intisari, No. 114, Januari 1973

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...