Bahwa
Inggris terkenal dengan rumah-rumah hantu kiranya bukan berita baru lagi.
Apakah hantu-hantu “asli” ataukah hanya bayangan orang ketakutan, entahlah.
Namun cerita-cerita hantu ini kami kutip dari buku “Haunted Houses” karangan
Aidan Chambers. Mengenai “kebenarannya” penulis buku juga tidak berani memberi
jaminan, tetapi ceritanya toh cukup ngeri untuk jangan dibaca menjelang tidur.
Burton Agnes Hall |
Owd
Nance dan tengkoraknya
Burton Agnes Hall ialah rumah gaya Jacobian di
East Riding Yorkshire. Letaknya dekat dengan desa kecil antara Bridlington dan
Driffield.
Rumah itu dibangun
oleh tiga bersaudara perempuan. Mereka tidak pernah menikah dan waktu ayah
mereka meninggal, mereka ditinggali warisan lumayan besar.
Salah satu dari
ketiga saudara itu, Anne, merasa bahwa mereka harus membangun rumah yang sesuai
dengan kekayaan dan martabatnya. Untuk mewujudkan ide itu mereka minta bantuan
arsitek tukang-tukang seniman paling hebat. Pekerjaan mereka diteliti sampai
detail-detail terkecil. Menurut orang-orang yang tinggal di sekitarnya, Owd
Nance masih berkeliaran di situ sampai sekarang. Semuanya gara-gara
gelandangan.
Peristiwa ini
terjadi ketika rumahnya sudah selesai. Semua dibuat seperti yang diharapkan.
Pada suatu hari Anne pergi berkunjung ke keluarga St. Quintin yang tinggal tak
jauh dari Harpham. Ia pergi seorang diri, biar pun ia harus berjalan kaki
sekitar 2 km bersama anjingnya.
Ketika hari hampir
gelap Anne bersiap-siap untuk pulang. Dekat tempat yang disebut St. John’s
Well, ia melihat dua orang gelandangan tidur di pinggir danau. Ia harus lewat
orang-orang itu. Ia agak takut, karena waktu itu juga sudah ada banyak korban
tentang orang tunakarya yang suka merampok di jalan-jalan sepi. Namun pikir
Anne ia toh sudah membawa anjing, sehingga ia jalan terus.
Ketika sudah dekat
sumber air tersebut orang-orang gelandangan itu minta duit dengan sopan. Untuk
menyenangkan mereka Anne mengambil dompetnya dan memberi beberapa uang logam.
Pada waktu itu mereka melihat cincinnya yang gemerlapan yang sedang dipakai.
Tanpa pikir panjang cincin itu ditarik.
Anne tidak mau
melawan, tetapi kemudian ia mengatakan bahwa cincin itu tidak ada harganya. Ia
hanya suka dengan cincin itu karena warisan ibunya yang sudah meninggal.
“Ibu atau
bukan,”kata seorang tunakarya dengan kasar, “kami harus memilikinya. Mau
dikasih sukarela atau dengan kekerasan.”
Tanpa menunggu
jawabannya ia memegang tangan Anne dan mencoba untuk melepaskan cincinnya. Pada
saat itu anjingnya menggonggong dan mencoba menggigit penyerang majikannya.
Namun orang itu tetap menggarap Anne sedangkan satu orang lainnya menghalau
anjing itu dengan tongkat.
Anne menjerit minta
bantuan. “Diam,” kata orang yang satu dan Anne dipukul keras-keras dengan
tongkat pada kepalanya. Ia jatuh pingsan di tanah.
Rupa-rupanya suara
Anne tidak lenyap begitu saja. Ada beberapa penduduk desa yang mendengar
jeritannya. Segera perampok-perampok itu melihat ada orang datang, mereka
melepaskan Anne dan bersembunyi di antara pepohonan.
Orang-orang desa
menemukan Anne dalam keadaan tidak sadar. Darah mengalir dari luka yang
menganga di kepalanya. Dengan hati-hati sekali mereka mengangkat Anne ke
Harpham Hall. Di situ ia dirawat sampai kembali sadar keesokan harinya. Tetapi
keadaannya tetap lemah. Ia akhirnya cukup kuat untuk dibawa pulang. Ia langsung
masuk tempat tidur.
Beberapa hari Anne
terus kesakitan. Tenaganya turun terus biarpun saudari-saudarinya merawatnya
dengan penuh kasih sayang. Dokter-dokter terbaik dari Yorkshire dipanggil.
Selama sakit itu ia terus bicara mengenai satu hal: Kebanggaan hidupnya,
rumahnya yang indah, dan andilnya dalam pembangunannya.
Testamen
aneh
Akhirnya pada suatu hari Anne memanggil
saudari-saudarinya di tempat tidurnya. Ia mempunyai pesan terakhir: “Saya tidak
akan dapat berisitrahat dengan tenang kalau tidak sedikit-dikitnya sebagian
dari tubuh saya tinggal di rumah ini selama bangunan rumah ini masih berdiri.”
Karena itu ia minta pada saudari-saudarinya untuk berjanji memasukkan kepalanya
ke dalam dinding. Andaikata rumah itu dijual, ia meminta agar pemilik baru
diberitahu supaya jangan menyingkirkan kepalanya itu. Kalau larangan itu
dilanggar maka ia akan mengganggu penghuninya.
Mendengar
permintaan itu saudari-saudarinya menjadi ngeri. Namun dibujuk bagaimanapun
juga, adik mereka itu tetap pada pendiriannya. Untuk menenangkan sang adik,
mereka berjanji untuk melakukannya, biarpun mereka berusaha melupakan janji itu
secepatnya.
Anne sedang sakit
sehingga pikirannya kacau, demikian pikir mereka. Tak lama kemudian Anne
meninggal. Mayatnya dikubur di tempat pemakaman tak jauh dari rumah tersebut.
Saudari-saudarinya
sangat kehilangan Anne. Dia yang paling aktif dan gembira. Sekarang kehidupan
sehari-hari mereka terasa hampa.
Seminggu setelah
Anne meninggal, jauh larut malam, kedua saudarinya itu sedang mau tidur ketika
mereka mendengar suara sesuatu yang jatuh di lantai atas. Mereka bergegas naik
tangga. Beberapa menit kemudian para pembantu mereka juga mendengar suara
keras.
Kedua bersaudari
itu meminta dua orang pembantu laki-laki untuk segera naik untuk melihat apa
yang menyebabkan suara-suara gaduh itu. Mereka naik, tetapi tidak menemukan
apa-apa. Semua menjadi takut. Mereka duduk bersama sebentar dan tidak ada yang
berani tidur. Setelah beberapa waktu tidak terdengar suara apapun lagi,
akhirnya mereka memutuskan untuk tidur.
Beberapa hari
berlalu tanpa gangguan apa-apa. Tepat seminggu kemudian mereka mendengar
suara-suara aneh lagi. Pintu-pintu rumah semuanya seperti dibanting-banting
orang.
Para pembantu dan
majikan semua lari dari kamar membawa lilin dan bertemu di bawah. Dengan
pakaian tidur, rambut awut-awutan, rupa mereka seperti kumpulan setan.
Untuk menenangkan
hati, mereka bersama memeriksa seluruh rumah. Semua pintu tertutup rapat. Namun
setiap kali mereka memeriksa pintu, suara seram terdengar dari bagian rumah
yang lain. ketika mereka merasa sudah tidak tahan lagi, suara-suara itu lenyap
dengan sendirinya. Setelah beberapa waktu mereka akhirnya tidur lagi.
Seminggu kemudian
terdengar suara orang yang lari naik turun tangga. Akhirnya terdengar suara
seperti orang yang mengerang kesakitan, menyentak-nyentakkan kaki dan suara
menggeram. Semua itu terjadi kira-kira tengah malam.
Sekali lagi
penghuni Burton Agnes Hall ketakutan. Kali ini mereka tetap di ranjang dengan
selimut menutupi kepala.
Keesokan harinya
pembantu-pembantu wanita minta pamit. Mereka tidak sudi tinggal dalam rumah
setan. Bujukan apapun juga tidak mempan. Para pembantu itu akhirnya
meninggalkan rumah besar itu.
Tanpa
pembantu
Sekarang saudari-saudari Anne harus mengurus
rumah besar itu sendiri. karena tidak tahu jalan lain mereka membicarakan
pengalaman-pengalaman seram itu kepada pendeta yang mengunjungi mereka. Siapa
tahu pendeta itu bisa memberikan jalan keluar.
Ketika berbicara
dengan pendeta itu, mereka baru teringat pada keinginan saudari mereka yang
telah meninggal. Apakah mungkin karena mereka mengingkari janji mereka pada
Anne maka Anne sekarang menuntut dipenuhinya janji tersebut.
Beberapa jam
pendeta bicara mengenai kemungkinan mencari jalan untuk memenuhi keinginan
Anne. Pendeta menyarankan agar kuburan Anne digali kembali, siapa tahu di
dalamnya bisa ditemukan petunjuk-petunjuk. Dengan berat hati saudari Anne
menerima usul tersebut.
Keesokan harinya
pendeta dengan beberapa penggali kubur membuka makam Anne. Ketika tutup petinya
dibuka, mereka kaget setengah mati. Tubuh Anne masih utuh seperti saat
dikuburkan beberapa minggu sebelumnya, hanya saja kepalanya tinggal tengkorak
belaka. Bagi mereka yang menggali makam saat itu jelaslah sudah bahwa hal itu
adalah petunjuk bahwa Anne ingin supaya kepalanya dipindahkan. Hal ini kemudian
dilakukan. Tengkorak Anne dibawa ke Hall.
Owd Nance sekarang
sudah pulang ke rumahnya dan selama tengkorak itu tidak diusik, maka rumah
besar itu pun aman tenteram. Setiap kali ada orang yang mencoba membuang
tengkorak itu, suara-suara aneh pun terdengar lagi. Burton Agnes Hall masih
menjadi salah satu rumah terbagus di Yorkshire sampai sekarang.
Dari majalah Intisari, No. 114, Januari 1973