Monday, June 20, 2011

Mengapa Romeo dan Juliet Harus Mati?

Banyak yang bertanya-tanya mengapa kisah Romeo dan Juliet harus berakhir dengan kematian kedua karakter utamanya. Jika kita memakai sudut pandang modern untuk plot kisah ini, maka cerita tentang anak perempuan berusia 12 tahun dan anak laki-laki berusia 14 tahun yang melakukan bunuh diri bisa dianggap sebagai sebuah tragedi. Bahkan sebuah koran yang suka memberitakan cerita-cerita bunuh diri semacam itu mungkin akan menyebut kejadian tersebut sebagai sesuatu yang horor, bukan sekadar tragedi. Sesungguhnya ada beberapa alasan mengapa Romeo dan Juliet harus mati, beberapa di antaranya mengatakan karena kematian keduanya merupakan bagian dari plot dan yang lainnya mengatakan bahwa memang seperti itulah sifat dari drama Elizabethan.

Dari sudut pandang plot, pada awalnya Romeo dan Juliet tidak bermaksud untuk bunuh diri. Sebenarnya tujuan awalnya adalah untuk membuat kematian palsu sehingga mereka bisa kabur dan lantas meneruskan kehidupan pernikahan mereka karena mereka memang sudah menikah di Adegan II.
Keluarga-keluarga mereka yang terhormat tidak akan menyetujui pernikahan mereka karena adanya perseteruan antara keluarga Montague vs. Capulet, dengan demikian tidak ada kemungkinan pernikahan mereka bisa dipertahankan atau diakui oleh keluarga mereka. Juliet memang mengancam akan bunuh diri jika sang Pendeta tidak bisa memberikan solusi yang memuaskan.
Memang benar bahwa usia Romeo dan Juliet sangat muda, namun pada masa Shakespeare hidup, usia mereka sudah dipandang pantas untuk menikah. Meskipun demikian, tampaknya Shakespeare tetap menganggap bahwa seorang penganting berusia 12 tahun tetaplah seorang remaja berusia 12 tahun. Romeo dan Juliet hanya melihat segala sesuatu dari sudut pandang mereka sendiri dan tidak mau bersikap bijaksana maupun sabar. Kematian dipandang oleh keduanya sebagai akhir dari segalanya. Keduanya yakin bahwa mereka tidak akan bisa hidup jika salah satu dari mereka mati. Dengan demikian, secara teknis Romeo dan Juliet sebenarnya tidak mati karena menuruti plot cerita, tapi mereka memilih mati karena mereka masih muda, bodoh, dan sedang jatuh cinta.

Alasan lain untuk kematian Romeo dan Juliet didasarkan pada apa yang diharapkan terjadi dalam drama Elizabethan. Secara umum drama zaman ini dibagi ke dalam dua kategori: komedi dan tragedi. Komedi berujung dengan pernikahan sementara tragedi berakhir dengan kematian. Menulis sebuah kisah tragedi yang tidak berakhir dengan adegan kematian tidak akan dianggap sebagai sebuah kisah tragedi. Dengan demikian, Romeo dan Juliet mau tidak mau harus mati sebab ketika itu Shakespeare menulis sebuah tragedi. Jika ia pada saat itu menulis sebuah drama komedi, maka akhir ceritanya seharusnya adalah Romeo dan Juliet menikah dan keluarga mereka akan berdamai.

Perdebatan yang masih berlangsung hingga saat ini adalah apakah memang layak untuk mengajarkan kisah drama Romeo dan Juliet pada anak-anak/remaja berusia sekolah menengah. Pada awalnya drama Shakespeare seringkali dimainkan dan dibaca oleh remaja, namun seiring dengan munculnya sudut pandang modern terhadap bunuh diri Romeo dan Juliet, beberapa pihak mempertimbangkan kembali pengajaran drama ini bagi remaja. Banyak guru yang kemudian mencari drama lain yang tetap memperlihatkan kejeniusan Shakespeare namun tidak beresiko buruk jika ditiru oleh remaja.

Apa sih yang dimaksud dengan mamihlatinatapai?

Di siang yang panas, udara di dalam kamar terasa tak tertahankan. Padahal pintu dan jendela sudah dibuka lebar-lebar. Andi yang sedang berba...