Untuk memahami siapakah Genghis Khan dan besarnya dampak
kekuasaannya, kita perlu memahami konteks saat ia berkuasa. Pada tahun 1100,
Mongolia masih merupakan wilayah luas yang dihuni oleh berbagai suku. Meskipun
demikian, wilayah tersebut sedemikian luas sehingga kepadatan populasinya
sangat kecil. Orang-orang Mongol, kala itu, adalah orang-orang yang buta huruf
namun sangat disiplin dan teratur.
Suku-suku Mongol sering berperang dengan wilayah utara dan
timur China yang merupakan tetangga mereka. Khan terlahir dengan nama Temujin. Semasa
hidupnya ia menciptakan sebuah konfederasi suku-suku Mongol untuk meningkatkan
peluang kemenangan mereka dalam peperangan. Pada tahun 1202, Temujin berhasil
menciptakan kekuatan yang cukup besar untuk menyerang dan menaklukkan bangsa
Tartar di wilayah timur.
Kemenangan Temujin atas bangsa Tartar membuat raja Mongol
yang sudah tua terkesan dan mengangkat Temujin menjadi pewaris tahtanya. Pada tahun
1206 Temujin menjadi Genghis Khan yang berarti “raja dari semua raja”. Khan
meneruskan upaya yang sudah ia mulai – membentuk prajurit dan menyatukan
suku-suku Mongol. Ia dikenal sebagai orang yang memperkenalkan pengarsipan dan
peranan hukum bagi masyarakat agraris.
Pada tahun 1210, ia menaklukkan kerajaan Tangut dan berperang
melawan orang-orang Ruzhen di wilayah timur laut China. Kemenangan-kemenangan
penaklukkan yang dilakukannya didukung oleh strategi militernya yang inovatif. Ia
juga menaklukkan Transoxiana, Bukhara (Uzbekistan) dan Samarkand. Selanjutnya, dengan
taktik yang brilian dan pertempuran yang gagah berani, ia memimpin pasukannya
memenangkan pertempuran melawan Azerbaijan dan Armenia.
Pada tahun 1225, Genghis Khan kembali ke Mongolia sebagai
penguasa wilayah luas yang terbentang dari Laut Kaspia hingga Korea. Ia menjadi
penguasa dengan wilayah terluas dibandingkan siapapun dalam sejarah. Meskipun ganas,
wilayah-wilayah yang ditaklukkannya tetap bisa memiliki kebebasan dalam
beragama dan menjadi rute-rute perdagangan yang efisien.
Pada tahun 1227, perang kembali terjadi antara bangsa
Mongol dan bangsa Tangut. Diyakini bahwa pada peperangan inilah, Khan jatuh
dari kudanya dan mati. Usianya ketika itu sekitar 65 tahun. Kekaisaran Mongol
yang luas itu kemudian diperintah oleh anaknya, Ogedei, dan kemudian oleh cucunya,
Khubilai Khan.
Diterjemahkan
dari wisegeek.com
Detil Artikel:
Ditulis oleh:
L. S. Wynn
Disunting oleh: L. S. Wynn
Hak Cipta Dilindungi:
2003-2012 Conjecture Corporation
Disunting oleh: L. S. Wynn
Hak Cipta Dilindungi:
2003-2012 Conjecture Corporation